kesendirianmu tak akan membawa mala petaka bagi dirimu,, tapi kebersamaanmu juga tak kan membuat dirimu jadi celaka..
Minggu, 15 April 2012
PUISI
OLEH GIGIH WAHYU WIJAYANTI
*mawar hitam*
Warna-warni warna bunga
Bak dirimu yang mempesona
Kerla-kerlip lampu kota
Umpama temanmu yang beraneka
Warna,
Kerlip,
Semua tak akan kau bawa
Bertopeng kosmetik, kau tampilkan paras cantik
Berbalut gaun nan elok,
Kau liyak-liyukkan tubuhmu yang manis
Tak ada yang melarang
Tak ada pula yang menyalahkan
Kau jajakan dirimu bagai gorengan
Kucing belang yang kau nanti,
Merayumu penuh arti
Kau rembulan dimatanya
Dan
Dia bank dimatamu
Mari kita mengibaratkan
Jika bunga, kau bunga mawar
Tapi mawar hitam, sayang
Jika perhiasan, kau mutiara
Namun, telah luntur kilaunya
Apa kau tahu kawan?
Saat kau gerakkan dua buah bibirmu
Terdengan suara dengan tangga nada,
Merdu…
Jiwa mana tak kan tergoncang
Melihat angin malam mengurai rambutmu nan panjang
Mata siapa tak kilaf
Menatap cerahnya sinar wajahmu
Tenang penuh rayuan
# Hitam Manis#
Mengenalmu adalah suatu anugrah
Menyentuhmu merupakan kebanggaan
Hingga akhirnya memilikimu bak keberuntungan
Denganmu kukembangkan ideku
Tanpamu kehampaan hidupku.
Tubuhmu tampil tanpa pesona
Namun pesonamu memukau setiap mata
Kecerahan selalu kau tampilkan
Saat power itu terkena sentuhan
Rangkaian kotak kecil yang bermakna
Mengandung symbol yang beraneka
Kau lahirkan banyak kata
Bak bintang di angkasa
Banyak.
Tak terhitung nilainya.
Bentukmu yang bersegi
Menjadi khas teman hati
Kau tak mampu bicara
Namun mampu mengutarakan semua
Bak bidadari kau baik hati
Umpama bunga kau semerbak mewangi
Niatmu mulia, membantu segala
Kau terapkan ilmu padi
Busanamu sederhana, namun akalmu mendunia
Metropolitan sekuku tajam
Keaslian globe dalam genggaman
Maha dasyat namun tetap terkalahkan
Olehnya sang penguasa zaman
~Putri Konyol nan Elok~
Hey kau
Aku menunjukmu
Saat yang lain tak terpilih
Kau menonjolkan diri dengan jasamu
Kau tahu?
Aku bukan anak manja yang centil
Namun, kumengaku
Kemanjaan itu tak dapat kuhindari
2, 3, 4
Sosok penyayang di istanaku
Tak kubawa selalu disisiku
Apa aku kehilangan?
Tidak.
Karena kehadiranmu, kawan
Kau yang kutunjuk memberiku perhatian
Walau dengan batasan
Kau yang kupilih menemaniku kala senang dan sedih
Kau yang menonjol,
Penuh keibuan memberikan sesuap asupan
Senyum menyungging kutampangkan
Wajah berseri kutampilkan
Terima kasih kawan
# memo super hero#
Kala senja mencuak
Kutelusuri jan berdua dengan si abu
Berdamping kawan nan elok berdendang
Di tengan dendang
Datanglah kecemberutan
Bukan !
Bukan karena kau, kawan
Tanpa suara
Tanpa bergaya
Seakan tak ada aba-aba
Berhenti !!!
Muka berdua senyum-senyum muram penuh kebingungan
Busss….
Angin semerbak wangi membawa pertolongan
Oh dia datang
Kesinilah
Kemarilah
Dan mendekatlah
Oh dia datang
Yang semula kuanggap hitam
Kini kau pahlawan
Oh dia datang
Yang awalnya genderang perang
Kini kuharapkan
Jasamu tak kuundang
Terima kasihku kupersembahkan
Kecerahan dalam gelap
Presiden bersanding dengan wakilnya
Menteri-menteri punggawanya
Berkoalisi dengan banyak anggota
partai-partai yang menjadi temannya
DPR, MPR sebagai penengahnya
Jika terblesit boomerang
Oposisi kan datang.
Membawa hokum dan menganggkatnya
Dating pula hakim dan jaksa
Menghadap MK dan MA
Berjalan beriringan namun hati bertolak belakang
Tangan menjabat namun tubuh menggeliat
Lunturnya tinta tak dapat menggambarkan keanekaannya
Kanvas pun tak dapat menampungnya
Hasrat akan kekuasaan menimbulkan kemaksiatan
Tak lagi tubuh yang bersetubuh
Namun politik mati akan nurani
Wow Au Oe
Perkumpulan banyak orang
Tekad mantap satu tujuan
Hadir karna permasalahan
Jerit menjadi kekhasan
Menabur api mengais batu
Melempar kata berbuah debu
Gas air mata bak santapan
Mengalir tanpa dihiraukan
Tak kenal lelah
Tak kenal lawan yang kan diserang
Sebetulnya hanyalah ikut-ikutan
Keabstrakan yang membisikkan
Karena baginya mereka pahlawan
#tambatan jiwa#
Ku mencintaimu sepenuh hati
Sayangku padamu tertanam dalam jiwa nan suci
Menghias embun yang membisu
Saat jangkrik tak lagi berderu
Ku ingin kau tahu
Kala hatiku memilihmu
Jantung berdetak tak menentu
Mengumandangkan undang-undang cinta untukmu
Bibir tak lagi membisu
Menyanyikan lagu rindu padamu
Otak tak lagi membeku
Akan bayangan indah dirimu
Saat kita bersanding bersama
Ingin kurengkuh tanganmu
Kugandeng dan tak kan kulepas
Bertahap kan kurekatkan jemariku
Melekat erat di jemarimu
Jangan kau lepas saying
Kala malam mendatangku
Terbayang lukis indah wajahmu
Senyum menyungging kepadaku
Melambai tangan memanggilku
Itu harapanku
Akankah impian itu kau bantu wujudkan
Bersamamu kuingin naik pelaminan
Denganmu duduk disinggasana pernikahan
Harus kau tahu sayang
Suara merdu penyanyi manapun
Tak kan menandingi pesona suaramu
Saat kau genggam tangan sang penghulu
Berkata ijab untukku
Sayang,
Kuharapkan semua itu
Karena hati ini jujur padamu
Bukan lagi sebagai permainan
Namun sebagai jawaban kepada tuhan
#Sosok Pendamping Ibu#
Jika ada harta yang tak ternilai
Itu cintamu, ayah
Jika ada cahaya yang tak pernah padam
Itu nasihat-nasihatmu, ayah
Segala tentangmu selalu mengarahkanku
Andai ada lautan yang tak bertepi
Itu kasih sayangmu, ayah
Andai ada roda yang tak berhenti berputar
Itu pesanmu, ayah
Semua tentangmu slalu berfungsi
Bak kekasih yang setia
Itu janji-janjimu
Umpama ramalan penyair cinta
Itu firasatmu
Tiap bagian darimu, mengalahkan keangkuhanku
Ku cinta kamu, ayah
*Malaikat Pemilik Surga*
Banyak kata yang ingin kuungkap
Ibu
Andai tiap butir doamu adalah mutiara
Ku kan jadi orang paling kaya
Karena setiap kedipmu kau panjatkan doa
Ibu
Kuingin kau tahu
Bahumu bak baja
Baja terkuat yang pernah ada
Tenagamu selalu perkasa
Menandingi perkasanya pohon tertua
Ibu
Apakah kau menyadari
Hatimu bak sutera
Yang selalu memberikan kelembutan
Disaat aku kedinginan dengan masalah kehidupan
Ibu
Pernahkah kau pikirkan
Kasih sayangmu tak terlekang waktu
Cintamu tak meluap tak bertepi
Semua jasamu
Kan kuukir dalam hatiku
Ibu
Kucinta
#Sayap Kanan Kiriku#
Tangan kokohmu
Tak pernah letih melindungiku
Kau
Perisai yang tak pernah lelah menjagaku
Tatagku, tetaplah jadi sayap kananku
Menjadi benteng yang menyelimutiku
Tangan yang tak kalah kokohnya
Merajuk, merayu
Cubitan senggolan nakal yang kau layangkan
Menyebalkan ! ucap bibirku
Membahagiakan . bantah hati kecilku
Kukuhku, tetaplah jadi sayap kiriku
Menjadi mainan yang abadi
Tatag
Kukuh
Tetaplah seperti itu
Saling menggenggam melangkah bergandengan
Menjadikan dukamu adalah dukaku
Mengukuhkan bahagiaku adalah bahagiamu
^ Gelombang Jahanam ^
Nuansa bening yang selalu kau kandung
Kejernihanmu kan selalu kujaga
Bersamamu aku hidup
Tanpamu ku tak berdaya
Kau tahu kawan
Kehadiranmu sangat bermakna
Namun,
Kala tuhanmu telah murka
Beribu-ribu kawanmu dia tumpahkan
Tak kenal teman ataupun lawan
Semua akan kebagian
Gemuruh mencuak
Gelombang mencekam
Nuansa bening telah pudar
Siapa yang bertanya
Darimana datangnya
Bungkam semua mulut
Sunyi sepi bibir tak menjawab
Bergulung-gulung
Berkejar-kejaran bak kupu-kupu terbang
Menakutkan
Mengerikan
Berton-ton jika ditimbang
Dating di kala malam
Pulang ketika senja dating
Jejak pahit kau tinggal
Kenangan kelam kau curahkan
Saat dirimu dating bersamaan
Tak kusalahkan
Karena pesona lainmu menarik semua kawan
SATU
Satu bukan berarti satu
Satu beranak satu ditambah satu tak lagi satu
Itulh gambaran akan agamaku
Satu keyakinan namun banyak prahara perbedaan
Satu tujuan tapi beda jalan
Cabang dan cabang menimbulkan kebingungan
Inikah prahara dalam agama
Berawal putih,
Terlahir bersih,
Namun tercipta pembiasan cahaya
Banyak warna yang berarti sama
Dilemma-dilema terlahir dalam duka
Kala takdir berkumandang
Pertanda kemenangan
Bukti adanya hari besar
Buku, kitab, maupun ijtihad
Kadang tak sanggup menjawab
Dunia ini fleksibel
Begitu pula kita
Peluk erat kedinamisan demi kesatuan
**Julang Kekuasaan**
Hidup dan kehidupan
Kan selalu hadir suatu jembatan
Bukan penyeberangan
Melainkan pembatas akan kasta dan kesetiaan
Tinggi rendah selalu menyerta
Tak mampu dihindari maupun dipungkiri
Kaya miskin
Mampu tak mampu telah tertulis dalam kalbu
Tergambar dalam keabstrakkan yang tak tertebak
Nasib
Takdir merupakan jawabannya
Semu
Tak terlihat oleh kasap mata
Sunyi
Tak terdengar oleh gendang telinga
Itu adalah aturan
Darinya penggenggam tubuh zaman
Kini yang ku Tanya
Adakah kebersamaan
Adakah kesetiakawanan
Jika kita lihat
Susunan bata menjulang tinggi
Pagar besi tertutup rapi
Kapankah terbit pencerah
Untuk mereka yang selama ini bungkam
Hidupmu, hidupmu
Hidupku, hidupku
Prinsip terangkat tinggi
Tanpa mendengar kelebat sayap kanan kiri
Ataupun bisikan sang bidadari
Kalem
Cemerlang bersekat kain mori
^HARTA SANG SAKA^
Indonesia kaya akan SDA
Kaya akan budaya
Kaya akan suku bangsa
Dari sabang sampai merauke
Terhuni suku nan aneka
Mengandung nilai dan budaya
Seni, tari, adegan, hingga pagelaran
Berwarna-warni bak pelangi
Satu corak, satu keajaiban, satu kekhasan
Adat yang bernilai
Mengiringi budaya nan asri
Lenggak-lenggok tari diperagakan
Berdendang gamelan pukulan dalang
Kecapi hadir menghiasi
Menambah semerbaknya malam hari
~Pangkal-Ujung~
Berkumpul satu demi satu menjadi beribu
Dari timur hingga barat
Bertemu pada satu jalan dan niat
Paduan nada tinggi mulai menyeru
Menderu, menggelegar, memecahkan kalbu
Ini akibat dari ulahmu
Wahai para penguasa
Kau keluarkan aturan tanpa membaca
Tanpa melihat
Tanpa menimbang pula
Wahai penguasa
Tak tahukah kau rakyat galau akan ulahmu
Bak artis kau selalu eksis
Kasus demi kasus bermunculan
Kepada siapa kami menyalahkan
Jika bukan kau !
Akankah kami diam
Bukan salah kami mobil terbakar
Engsel lepas dari pagarnya
Hai penguasa
Sadarkah kau, ingat akan janjimu
Bukan hanya janji palsu
Tak merasa ibakah kau
Rakyat kelaparan tergeletak dikolong jembatan
Beralaskan bumi, beratap langit
Berselimut angin dan hujan
Sedang kau,
Tidur berbantal emas
Sementara kerjamu bak kaleng bekas
Jangan salahkan kami
Karena kau yang memulai
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar