Jumat, 05 Juli 2013

KUMPULAN PUISI CINTA


G


Gigih Wahyu Wijayanti

Asmara merupakan sinonim dari cinta.
Cinta akan muncul pada siapa saja dan kapan saja
Kemunculan cinta tak akan menyapa kita terlebih dahulu
Kepergiannya pun tak rela berpamitan dengan kata-kata
Cinta bukanlah virus hati yang terluka
Namun, cinta adalah hiasan hati yang hampa akan makna
Cinta terkadang membuat tertawa
Tawa cinta tak lekang akan derita
Cinta kadang hanya suatu impian dan kebatinan
Sulit didapatkan balasannya dan sulit pula dicari solusinya
Mengungkapkannya pun tak semudah menerbangkan kapas putih
Dengan latar belakang itu, kini selamilah lika-liku cerita cinta dalam rangkaian kata-kata


Metafora Roda Dua

Keindahan sang rider saat mengendarai motor
sungguh memukau
laksana itulah
paras cantikmu melelehkan kerasnya hatiku
dalam kecepatan tinggi
motor melaju dalam sirkuit
mengadu mesin demi kemenangan
sedangkan aku,
mengadu cintaku melawan kerasnya larangan orang tuamu
demi hatiku dan hatimu

mereka bilang inilah cinta
mengalun tanpa batas kecepatan yang ada
melaju melewati tikungan tanpa mengenal bahaya

cinta
mengadu dunia dengan asmara
menendang pertahanan nan terjal perkasa
bersama adalah tujuannya
hingga apapun tak jadi sebab
sebab pun tak peduli akan akibat
karna rona cahaya memancar dalam lakumu
laku nan elok rupawan

Tafsiran Cinta

Rangkulan hangat waktu itu
Menimbulkan simpulan
Kau menyayangiku

Rangkaian kata dalam semu
Menumbuhkan cinta dihatiku

Jadi ajudanmu pun aku mau
Melayanimu sepanjang waktu
Karna
Harapan yang hambar tuk dirasa
Kembali cerah menggiurkan indera

Kedatanganmu mengalihkan sang surya
Kehadiranmu menenggelamkan rembulan purnama
Kedipan bintang pun tak kulirik kala kau ulurkan tangan kepadaku
Lambaian angin tak tergubris
Saat kau bisikkan kata cinta di telingaku
Rangkaian alphabet yang sejak dulu kunanti
Tanpa tanya akan janji
Tanpa dasar akan sadar
Diri terbagi dan kau pergi
Hati telah terima tanpa syarat menghampiri


Pesonamu Cinta


Gemericik air membasahi batu hitam pekat
Membentuk tangga nada yang indah membisik gendang
Menyenggol tulang
Menandakan keindahan akan segera datang

Alam membisu menapaki alasan
Mengapa kini kau muncul dengan sona yang kuinginkan
Bak percikan air dari atas tebing
Kau sejukkan hatiku yang semula layu
Hasrat akan cinta
Kau bangkitkan dengan tinggah sopanmu

Sapaan lembut mengagetkanku
Kala kata itu cinta
Perbedaan jauh terasa tak mengapa
Menyaksikan dirimu penuh cinta
Aku terpesona
Aku hilang derita.



Deritamu Karna Dustamu


Linangan air mata telah terlihat sejak fajar menyongsong
Mengalir dan terus mengalir hingga petang menyapa
Hanya karena kepergianmu
Sayang

Sayang
Aku percaya
Meninggalkanku bukanlah jalan terbaik untukmu
Alasan pahit bukan jawaban untuk pertanyaanku
Rangkaian kata dusta yang kau sampaikan padaku
Bukan isi sebenarnya hatimu

Sayang
Akal tlah memperbudakmu
Hingga hati tak kau hiraukan, waktu
Sungguh hina hidupmu kini
Mengais cinta yang tlah kuberi
Keinginanmu akan cinta yang lain
Tak cukup
Tak pantas
Dan tak bisa
Kau jadikan obat luka dihatimu
Sayang

Kebohonganmu terjawab sudah
Alunan angin mengabariku
Membisik telingaku
Ia berkata
Kau tak sanggup dan kau bak bunga layu



Harapan Lama

Sayang
Lama sudah kita bersama
Mengarungi bahtera rumah tangga
Cinta yang kita jadikan bekal
Masih utuh hingga sekarang
Harta yang kita dapatkan
Bertambah besar penuh nama

Sayang
Kini kudimakan usia
Diriku tak seindah dulu
Kelok tubuhku tak semolek dahulu
Gerai rambutku pun mulai redup dan  kusut

Sayang
Banyak perubahan karna zaman
Hingga tak dapat kujadikan alasan
Untukku bersolek
Menghias paras
Demi mempertahankan dirimu dan ikatan itu

Sayang
Cinta kita membawa kebersamaan
Bersama kita menghasilkan insan baru
Bersamumu pula kuingin menyaksikan
Insan baru  menghasilkan insan baru lainnya


Cinta Bukan Buta

Cinta kan datang dikala hati telah bimbang
Mata yang pertama menilai
Tak kuasa membendung jika jiwa telah bicara
Hatiku telah kusandarkan padamu
Itu keputusanku

Harapan-harapan yang dulu semu
Kini menyapa dengan harapan-harapan baru
Nyata adanya, sayang
Cinta yang kudendangkan
Tak kan kujadikan dendam
Kumenanti saat-saat pergantian zaman
Bukan zaman persetujuan ilmuwan
Namun,
Zaman yang kau ciptakan

Perkataan manis waktu itu
Menyejukkan mata hatiku
Membuatku lena akan satu hal
Asmara itu jawabnya
Tiada daya mulut berkata
Sebab logika telah sirna



Keyakinan Hati

Semerbak mewangi bau cinta yang kau beri
Menyebar keseluruh sudut hati yang tentram
Membasuh luka yang pedih

Kau ajak ku berlayar
Menyeberangi lautan asmara yang kau genggam
Kau janjikan beribu bunga yang mekar
Intan permata kehidupan pun kan kau berikan
Namun,

Mata jiwaku bimbang
Akan cinta dan  cinta yang kupegang
Kucari jawaban yang pasti untuk kujadikan landasan
Mengapa ketulusanmu membuatku bimbang
Dikala hati gersang menantikan harapan

Tanya tak mengapa saat kau bisikkan apa itu cinta
Jawaban tak ada artinya
Ketika ia hadir dalam mimpi berkala
Mimpi yang mewakili
Hingga kumelangkah bersamamu
Menuju panorama yang indah itu



Perpisahan Itu Nyata

Jeritan duka terkumandang dari dalam jiwamu
Terlahir suram akan berita
Menggugah hati tuk ikut merasa
Sedih itu jawabannya
Angin sembribit membawa kabar
Jiwa gundah akan isinya
Merayu kata-kata manis terlontar
Keras bak gelegar petir menyambar
Manis berinovasi menghasilkan pedih
Tak terbendung akan nafsu akan emosi
Mematah kata terkonkrit asmara
Perpisahan menjawab segala tanda tanya
Seru pun ikut menyerta.



Aku Cinta

Pesona wajahmu laksana intan yang berkilau
Gemerlap memancarkan sinar di segala sudut mata
Mata nan tajam kian menyayu
Menyempit
Memfokuskan retina
Hingga membentuk gambar dirimu

Ujung rambutmu terurai bersama tarian jemarimu
Mengalun indah tembah hasil rangkaian pita suara
Sejuk kupandang senyum menyunggingmu
Tanpa kusadar
Bibir manismu berkata cinta padaku



Cinta Mengalir di Diri

Darah mengalir dalam pembuluh
Meluncur tajam keseluruh tubuh
Hati tak lena untuk menerima
Empela tak tega untuk mencampakkannya
Hingga empedu ikut bicara
Darah asmara bak aliran vena
Menyusun pertahanan di atas
Pinggiran tersebut muka
Nadi mendorong sekuat tenaga
akan cinta pantang sirna
Menerjang gumpalan yang tak bersahaja
Melawan amukan yang menjegal
Menelusup dalam jiwa dan raga
Demi satu tujuan
Cinta
Keindahan dalam cakrawala
Menaungi segala daya dan upaya
Mendasari nan menjelma
Melalui segala indera
Batinpun tak terlewat untuk dia



Mengayam Pita Cinta

Aku dan kamu bak gula dan susu
Kau memaniskanku walaupun ku tlah manis
Kau melengkapku demi koloni yang padu
Kau merekatkanku tuk mengentalkan jiwaku

Aku dan kamu laksana gula dan susu
Aku tak apa tanpa mu
Kau tak mengapa tanpaku
Tanpa tanda tanya maupun seru
Kita insan satu per satu
Pertemuan yang membuatnya padu
Cinta yang telah meghampiri jiwa
Tak lekang akan zaman
Membuat  kita bersama
Dalam sebuah ikatan aku mengiyakan
Melalui syarat beliau ijinkan
Demi ibadah Dia sempurnakan

Aku dan kamu umpama gula dan susu
Padatku melebur dalam cairmu
Cairmu menggenggamku tanpa ragu

Aku dan kamu bagai gula dan susu
Warnamu menyelimutiku
Melindungiku dari pandangan mata nan rancu

Aku dan kamu ibarat gula dan susu
Tertelan bersama tanpa iri dirasa
Membasi tanpa saling mendua




Merajut Cinta Semu

Indah?
Sulit?
Bahagia?

Indah? Kujawab iya
Indah kala membayangkannya
Indah ketika melihat tawa jernihnya
Indah saat membaca rangkaian tulisannya
Dan indah jika mendengar sapaannya
Indah
Keindahan
Mengindahkan
Ataukah memperindah?
Atau jenis lainnya diindahkan.
Itu tanya. Bahan merajut cinta

Sulit.
Mengawai pertemuan berasa
Berdekatan dengannya kau rasa
Mengajaknya bicara lebih terasa
Itu tanya.
Yang bisa kau kais dalam relung nan dalam

Bahagia.
Ketika menjabat tangannya.
Saat bertemu empat mata
Kala dia sebut namamu tana sengaja
Apa yang terasa. Hanya semu semata
Apa yang kau kira. Hanya semu dirasa
Mujarab doa, teguhnya usaha, membuatnya jadi nyata
Membuahkan rajutan yang sempurna.




Pertemuan Cinta

Cinta. Kata terindah yang pernah ada
Kata mutiara itu sebutnya

Cinta. Bukan dia yang mendua
Namun, insan dua jenis yang bersama

Cinta. Mengikat tanpa batas usia
Pengawal untuk bahagia
Mengalun demi nikmatnya
Dan membantah demi kebaikannya

Cinta. Pertemuan itu bibitnya
Perkataan itu pupuknya
Persahabatan itu perantaranya

Cinta. Derita adalah efek sampingnya
Bahagia adalah keinginannya
Selalu bersama adalah impiannya
Hingga ikatan itu jawabannya
Cinta.
Membutakan mata yang melebar tanpa kedip
Menyumbat telinga yang peka akan suara
Membekukan hati nan sensitive akan rasa

Cinta.
Tumbuh dalam insan yang normal adanya
Ada ada yang selalu ada
Kita sebut jiwa dan raga





Kembali Tergores Tinta

Takdir kapan kau bicara
Bicara tentang kebinasaan
Binasa akan kata demi nyawa

Takdir dimana kau berada
Ada apa dengan kata
Begitu juga dengan tinta
Yang kembali menorehkan lawan cinta
Takdir mengapa kau tiada
Tiada disaat kuberdusta
Dusta menyayat demi utuhnya jiwa
Jiwa menggandeng raga tuk bersama
Bersama dalam cinta

Takdir apa kau peduli
Insan ini telah tersakiti
Kala kau menorah dalam lembarnya
Menulis kehendak pemilikmu
Bulu tak kau pandang
Pandang bulu kau tak tahu
Akankah cinta menjelma
Raingkarnasi dalam dimensi yang fana
Fana tak dapat terdetek indera

Takdir lalu kutampar
Kubuat kau terpeleset dan lari
Menuju cinta nan suci



Desir Napasku

Ketika ku merasa rindu
Bernapas untuknya pun aku mau
Menganga lubang keluar udara
Udara cinta yang kau hirup senada
Nada jeritan mata dengan luka
Luka menmbuahkan air mata
Mata bak terjun dalam liangnya
Liang berisik gemuruh airnya
Memercik menyentuh jemari nan halus
Halus menjelma sekasar batang kenanga
Menyayat hati akan kata-kata
Kata hina yang mengiri leher gurita
Tak tahan gelap menyapa
Bersama gelegar petir yang tak lagi berteman
Teman hidup yang hina bak itu semua
Hingga ku rasa Tuhan angkat bicara
Mengatur desir nafas yang kaku tak berdaya
Semoga menjalur sebagaimana mestinya

Burung Telah Berlalu

Rintik-rintik hujan membasahi bumi
Dedaunan tak mau kehilangan akan basahnya
Jalanan bertaruh demi menyerapnya
Hujan tersenyum melihatnya
Ia sadar akan jiwa mereka

Hujan kini mampu berbagi
Memenuhi segala keperluannya
Namun, tidak untuk diriku

Kala hati menghampiri
Ku tak mampu memberikan janji
Lain hari,
Hati lain akan bicara
Tapi,
Mulut membungkam tanpa suara
Dua hati berlari
Berlomba tuk mendapatkan hati
Mengais cinta dari satu hati yang tlah diisi
Hati bernyanyi cinta pada hati yang lain
Mengayun indah ayunan cinta nan terbangun
Cinta tanpa ada kejelasan pasti
Ada kala burung siap mengisi
Menerima menempati sisa ruang hati
Hati teriak tak kuasa
Hati menjerit akan kesalahannya
Kini si burung terbang ke awan
Mencari sejoli lain di sana
Melupakan hati yang tlah mencampakkannya
Merindu kini hati mengaku
Menanti penuh haru







Cinta adalah kata yang tak mudah untuk diucapkan.
Kasih  adalah rasa yang tak mudah untuk dinyatakan.
Asmara adalah gejolak yang tak menjadikan jiwa tenang.
Kata cinta, rasa kasih, dan gejolak asmara dapat kita tuangkan
dalam rangkaian kata.











Gigihwahyuwijayanti@gmail.com