
Gigih
Wahyu Wijayanti

Cinta akan muncul pada
siapa saja dan kapan saja
Kemunculan cinta tak akan
menyapa kita terlebih dahulu
Kepergiannya pun tak rela
berpamitan dengan kata-kata
Cinta bukanlah virus hati
yang terluka
Namun, cinta adalah hiasan
hati yang hampa akan makna
Cinta terkadang membuat
tertawa
Tawa cinta tak lekang akan
derita
Cinta kadang hanya suatu
impian dan kebatinan
Sulit didapatkan
balasannya dan sulit pula dicari solusinya
Mengungkapkannya pun tak
semudah menerbangkan kapas putih
Dengan latar belakang itu,
kini selamilah lika-liku cerita cinta dalam rangkaian kata-kata


Keindahan sang rider saat mengendarai
motor
sungguh memukau
laksana itulah
paras cantikmu melelehkan kerasnya hatiku
dalam kecepatan tinggi
motor melaju dalam sirkuit
mengadu mesin demi kemenangan
sedangkan aku,
mengadu cintaku melawan kerasnya larangan
orang tuamu
demi hatiku dan hatimu
mereka bilang inilah cinta
mengalun tanpa batas kecepatan yang ada
melaju melewati tikungan tanpa mengenal
bahaya
cinta
mengadu dunia dengan asmara
menendang pertahanan nan terjal perkasa
bersama adalah tujuannya
hingga apapun tak jadi sebab
sebab pun tak peduli akan akibat
karna rona cahaya memancar dalam lakumu
laku nan elok rupawan


Tafsiran
Cinta
Rangkulan hangat waktu itu
Menimbulkan simpulan
Kau menyayangiku
Rangkaian kata dalam semu
Menumbuhkan cinta dihatiku
Jadi ajudanmu pun aku mau
Melayanimu sepanjang waktu
Karna
Harapan yang hambar tuk dirasa
Kembali cerah menggiurkan indera
Kedatanganmu mengalihkan sang surya
Kehadiranmu menenggelamkan rembulan purnama
Kedipan bintang pun tak kulirik kala kau ulurkan tangan kepadaku
Lambaian angin tak tergubris
Saat kau bisikkan kata cinta di telingaku
Rangkaian alphabet yang sejak dulu kunanti
Tanpa tanya akan janji
Tanpa dasar akan sadar
Hati telah terima tanpa syarat menghampiri


Gemericik air membasahi batu hitam pekat
Membentuk tangga nada yang indah membisik
gendang
Menyenggol tulang
Menandakan keindahan akan segera datang
Alam membisu menapaki alasan
Mengapa kini kau muncul dengan sona yang
kuinginkan
Bak percikan air dari atas tebing
Kau sejukkan hatiku yang semula layu
Hasrat akan cinta
Kau bangkitkan dengan tinggah sopanmu
Sapaan lembut mengagetkanku
Kala kata itu cinta
Perbedaan jauh terasa tak mengapa
Menyaksikan dirimu penuh cinta
Aku hilang derita.


Linangan air mata telah terlihat sejak fajar
menyongsong
Mengalir dan terus mengalir hingga petang
menyapa
Hanya karena kepergianmu
Sayang
Sayang
Aku percaya
Meninggalkanku bukanlah jalan terbaik
untukmu
Alasan pahit bukan jawaban untuk
pertanyaanku
Rangkaian kata dusta yang kau sampaikan
padaku
Bukan isi sebenarnya hatimu
Sayang
Akal tlah memperbudakmu
Hingga hati tak kau hiraukan, waktu
Sungguh hina hidupmu kini
Mengais cinta yang tlah kuberi
Tak cukup
Tak pantas
Dan tak bisa
Kau jadikan obat luka dihatimu
Sayang
Kebohonganmu terjawab sudah
Alunan angin mengabariku
Membisik telingaku
Ia berkata
Kau tak sanggup dan kau bak bunga layu


Sayang
Lama sudah kita bersama
Mengarungi bahtera rumah tangga
Cinta yang kita jadikan bekal
Masih utuh hingga sekarang
Harta yang kita dapatkan
Bertambah besar penuh nama
Sayang
Kini kudimakan usia
Diriku tak seindah dulu
Kelok tubuhku tak semolek dahulu
Gerai rambutku pun mulai redup dan kusut
Sayang
Banyak perubahan karna zaman
Hingga tak dapat kujadikan alasan
Untukku bersolek
Menghias paras
Sayang
Cinta kita membawa kebersamaan
Bersama kita menghasilkan insan baru
Bersamumu pula kuingin menyaksikan
Insan baru
menghasilkan insan baru lainnya


Cinta kan datang dikala hati telah bimbang
Mata yang pertama menilai
Tak kuasa membendung jika jiwa telah bicara
Hatiku telah kusandarkan padamu
Itu keputusanku
Harapan-harapan yang dulu semu
Kini menyapa dengan harapan-harapan baru
Nyata adanya, sayang
Cinta yang kudendangkan
Tak kan kujadikan dendam
Kumenanti saat-saat pergantian zaman
Bukan zaman persetujuan ilmuwan
Namun,
Zaman yang kau ciptakan
Perkataan manis waktu itu
Menyejukkan mata hatiku
Membuatku lena akan satu hal

Tiada daya mulut berkata
Sebab logika telah sirna


Semerbak mewangi bau cinta yang kau beri
Menyebar keseluruh sudut hati yang tentram
Membasuh luka yang pedih
Kau ajak ku berlayar
Menyeberangi lautan asmara yang kau genggam
Kau janjikan beribu bunga yang mekar
Intan permata kehidupan pun kan kau berikan
Namun,
Mata jiwaku bimbang
Akan cinta dan cinta yang kupegang
Kucari jawaban yang pasti untuk kujadikan
landasan
Mengapa ketulusanmu membuatku bimbang
Dikala hati gersang menantikan harapan
Tanya tak mengapa saat kau bisikkan apa itu
cinta
Jawaban tak ada artinya
Mimpi yang mewakili
Hingga kumelangkah bersamamu
Menuju panorama yang indah itu

Jeritan duka terkumandang dari dalam jiwamu
Terlahir
suram akan berita
Menggugah hati tuk ikut merasa
Sedih
itu jawabannya
Angin sembribit membawa kabar
Jiwa
gundah akan isinya
Merayu kata-kata manis terlontar
Keras
bak gelegar petir menyambar
Manis berinovasi menghasilkan pedih
Tak
terbendung akan nafsu akan emosi
Mematah kata terkonkrit asmara
Perpisahan
menjawab segala tanda tanya
Seru pun ikut menyerta.


Pesona wajahmu laksana intan yang berkilau
Gemerlap memancarkan sinar di segala sudut
mata
Mata nan tajam kian menyayu
Menyempit
Memfokuskan retina
Hingga membentuk gambar dirimu
Ujung rambutmu terurai bersama tarian
jemarimu
Mengalun indah tembah hasil rangkaian pita
suara
Sejuk kupandang senyum menyunggingmu
Tanpa kusadar
Bibir manismu berkata cinta padaku


Darah mengalir dalam pembuluh
Meluncur
tajam keseluruh tubuh
Hati tak lena untuk menerima
Empela tak tega untuk mencampakkannya
Hingga
empedu ikut bicara
Darah asmara bak aliran vena
Menyusun pertahanan di atas
Pinggiran tersebut muka
Nadi
mendorong sekuat tenaga
akan cinta pantang sirna
Menerjang gumpalan yang tak bersahaja
Melawan amukan yang menjegal
Menelusup dalam jiwa dan raga
Demi satu
tujuan
Cinta
Keindahan
dalam cakrawala
Menaungi segala daya dan upaya
Mendasari nan menjelma
Melalui
segala indera

Aku dan
kamu bak gula dan susu
Kau
memaniskanku walaupun ku tlah manis
Kau
melengkapku demi koloni yang padu
Kau
merekatkanku tuk mengentalkan jiwaku
Aku dan
kamu laksana gula dan susu
Aku tak
apa tanpa mu
Kau tak
mengapa tanpaku
Tanpa
tanda tanya maupun seru
Kita
insan satu per satu
Pertemuan yang membuatnya padu
Cinta yang telah meghampiri jiwa
Tak lekang akan zaman
Membuat kita bersama
Dalam
sebuah ikatan aku mengiyakan
Melalui
syarat beliau ijinkan
Demi
ibadah Dia sempurnakan
Aku dan
kamu umpama gula dan susu
Cairmu
menggenggamku tanpa ragu
Aku dan
kamu bagai gula dan susu
Warnamu
menyelimutiku
Melindungiku
dari pandangan mata nan rancu
Aku dan
kamu ibarat gula dan susu
Tertelan
bersama tanpa iri dirasa
Membasi tanpa saling mendua


Indah?
Sulit?
Bahagia?
Indah?
Kujawab iya
Indah
kala membayangkannya
Indah
ketika melihat tawa jernihnya
Indah
saat membaca rangkaian tulisannya
Dan indah
jika mendengar sapaannya
Indah
Keindahan
Mengindahkan
Ataukah memperindah?
Atau jenis lainnya diindahkan.
Itu tanya. Bahan merajut cinta
Sulit.
Mengawai pertemuan
berasa
Berdekatan
dengannya kau rasa
Itu
tanya.
Yang bisa
kau kais dalam relung nan dalam
Bahagia.
Ketika
menjabat tangannya.
Saat
bertemu empat mata
Kala dia
sebut namamu tana sengaja
Apa yang
terasa. Hanya semu semata
Apa yang
kau kira. Hanya semu dirasa
Mujarab
doa, teguhnya usaha, membuatnya jadi nyata
Membuahkan
rajutan yang sempurna.


Cinta. Kata terindah yang pernah ada
Kata mutiara itu sebutnya
Cinta. Bukan dia yang mendua
Namun, insan dua jenis yang bersama
Cinta. Mengikat tanpa batas usia
Pengawal untuk bahagia
Mengalun demi nikmatnya
Dan membantah demi kebaikannya
Cinta. Pertemuan itu bibitnya
Perkataan itu pupuknya
Persahabatan itu perantaranya
Cinta. Derita adalah efek sampingnya
Bahagia adalah keinginannya
Selalu bersama adalah impiannya
Hingga ikatan itu jawabannya
Membutakan mata yang melebar tanpa kedip
Menyumbat telinga yang peka akan suara
Membekukan hati nan sensitive akan rasa
Cinta.
Tumbuh dalam insan yang normal adanya
Ada ada yang selalu ada
Kita sebut jiwa dan raga


Takdir kapan kau bicara
Bicara tentang kebinasaan
Binasa akan kata demi nyawa
Takdir dimana kau berada
Ada apa dengan kata
Begitu juga dengan tinta
Yang kembali menorehkan lawan cinta
Takdir mengapa kau tiada
Tiada disaat kuberdusta
Dusta menyayat demi utuhnya jiwa
Jiwa menggandeng raga tuk bersama
Bersama dalam cinta
Takdir apa kau peduli
Insan ini telah tersakiti
Kala kau menorah dalam lembarnya
Menulis kehendak pemilikmu
Bulu tak kau pandang
Akankah cinta menjelma
Raingkarnasi dalam dimensi yang fana
Fana tak dapat terdetek indera
Takdir lalu kutampar
Kubuat kau terpeleset dan lari
Menuju cinta nan suci


Ketika ku merasa rindu
Bernapas untuknya pun aku mau
Menganga lubang keluar udara
Udara cinta yang kau hirup senada
Nada jeritan mata dengan luka
Luka menmbuahkan air mata
Mata bak terjun dalam liangnya
Liang berisik gemuruh airnya
Memercik menyentuh jemari nan halus
Halus menjelma sekasar batang kenanga
Menyayat hati akan kata-kata
Kata hina yang mengiri leher gurita
Tak tahan gelap menyapa
Bersama gelegar petir yang tak lagi berteman
Teman hidup yang hina bak itu semua
Hingga ku rasa Tuhan angkat bicara
Mengatur desir nafas yang kaku tak berdaya
Semoga menjalur sebagaimana mestinya


Rintik-rintik hujan membasahi bumi
Dedaunan tak mau kehilangan akan basahnya
Jalanan bertaruh demi menyerapnya
Hujan tersenyum melihatnya
Ia sadar akan jiwa mereka
Hujan kini mampu berbagi
Memenuhi segala keperluannya
Namun, tidak untuk diriku
Kala hati menghampiri
Ku tak mampu memberikan janji
Lain hari,
Hati lain akan bicara
Tapi,
Mulut membungkam tanpa suara
Dua hati berlari
Berlomba tuk mendapatkan hati
Mengais cinta dari satu hati yang tlah diisi

Mengayun indah ayunan cinta nan terbangun
Cinta tanpa ada kejelasan pasti
Ada kala burung siap mengisi
Menerima menempati sisa ruang hati
Hati teriak tak kuasa
Hati menjerit akan kesalahannya
Kini si burung terbang ke awan
Mencari sejoli lain di sana
Melupakan hati yang tlah mencampakkannya
Merindu kini hati mengaku
Menanti penuh haru
Cinta adalah
kata yang tak mudah untuk diucapkan.
Kasih adalah rasa yang tak mudah untuk
dinyatakan.
Asmara adalah
gejolak yang tak menjadikan jiwa tenang.
Kata cinta,
rasa kasih, dan gejolak asmara dapat kita tuangkan
dalam
rangkaian kata.
Gigihwahyuwijayanti@gmail.com
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar