PELANGGARAN
PRINSIP PERCAKAPAN SEBAGAI SUMBER PENCIPTAAN HUMOR DALAM PENGIKISAN KEJENUHAN
SISWA DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS
Oleh:
Gigih WW
ABSTRAK
Pembelajaran
merupakan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dengan panduan guru yang biasanya
dilakukan di dalam kelas. Dalam proses pembelajaran ditemukan berbagai macam
sikap siswa dari yang sikap positif maupun sikap negatif. Sikap negatif yang
diperlihatkan siswa dalam pembelajaran yaitu kurang antusiasnya siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Hal itu dikarenakan kejenuhan yang melanda pada diri mereka. Kejenuhan yang
dialami siswa dapat diatasi dengan menyelipkan tuturan humor dalam
pembelajaran. Tuturan humor itu dibentuk dari pelanggaran prinsip percakapan.
Prinsip percakapan yang dimaksud yakni maksim relevansi. Maksim relevansi
mengharuskan suatu percakapan harus memiliki kesinambungan sehingga makna
percakapan itu dapat dimengerti. Namun, pada tuturan humor biasanya tidak
memiliki kesinambungan dengan tuturan sebelumnya. Hasil pelanggaran prinsip
yang berupa humor itu membuat siswa tertawa sehingga kejenuhan akan berkurang.
Pengaruh humor terhadap kejenuhan siswa ini sudah diteliti dan dipraktikkan
oleh para peneliti ilmiah dan hasilnya memuaskan.
Kata kunci:
pembelajaran, humor, pelanggaran prinsip percakapan, kejenuhan siswa
PENDAHULUAN
Pembelajaran
merupakan kegiatan membelajarkan siswa dari yang belum tahu menjadi tahu dan
dari yang belum paham menjadi paham. Tujuan itu sudah tidak asing lagi dalam
dunia pendidikan sekolah. Tujuan pembelajaran yang sangat mulia itu tidak
dengan mudah bisa dicapai. Hal itu karena dalam proses pembelajaran banyak
sekali faktor penghambat yang menyebabkan pembelajaran tidak berjalan maksimal.
Salah satu faktor penghambat dalam pembelajaran yaitu cara guru mengajar yang
monoton sehingga membuat siswa merasa jenuh saat belajar. Kejenuhan siswa ini
akan berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang
dibelajarkan.
Kejenuhan
siswa yang disebabkan karena kurang kreatifnya guru dalam mengajar biasanya
bisa disiasati dengan penggunaan metode pembelajaran yang membuat siswa aktif
atau media pembelajaran yang menyenangkan. Namun, pada kenyataannya hal itu
tidak cukup mengobati kejenuhan siswa karena metode atau media pembelajaran itu
akan sering diterima siswa dari guru mata pelajaran yang berbeda. Untuk itu
seorang guru tidak selamanya bisa bergantung pada motode atau media
pembelajaran yang beragam untuk menangani kejenuhan siswa.
Satu-satunya
hal yang bisa membantu mengatasi kejenuhan siswa terhadap pembelajaran di kelas
adalah kompetensi kepribadian guru itu sendiri. Kompetensi kepribadian guru itu
misalnya kemampuan untuk membuat humor disela-sela pembelajaran sebagai selingan
dalam pembelajaran. Tuturan humor akan membuat suasana di kelas menjadi mencair
sehingga kejenuhan akan berkurang. Berdasarkan ilmu pragmatik, tuturan humor
merupakan tuturan yang mengandung pelanggaran prinsip
kerja sama dan implikatur percakapan
yang menimbulkan efek lucu.
HUMOR
DAN PELANGGARAN PRINSIP PERCAKAPAN
Percakapan
merupakan suatu aktivitas yang diatur oleh aturan (rule governed) (Richards 1983 dalam Rustono 1999). Ada banyak
aturan yang ada dalam percakapan. Aturan itu bisa berbentuk kerja sama yang
berupa interaksi komunikatif. Percakapan adalah suatu interaksi yang tertib dan
merupakan wahana pembicara dan pendengar mengkoordinasi produksi bersama
tentang makna dan aksi dalam suatu konteks sesaat interkasi sosial secara
sinambung ( Schiffrin 1989 dalam Rustono 1999). Berdasarkan definisi dari ahli
tersebut, maka bisa kita ketahui bahwa suatu percakapan itu harus memiliki
makna dan ada kesinambungan antara pesan yang disampaikan penutur dengan respon
dari mitra tutur. Jika dalam percakapan tidak terdapat kesinambungan antara
impuls dan respon maka akan terjadi pelanggaran prinsip percakapan.
Prinsip
percakapan (conversational) adalah
prinsip yang mengatur mekanisme percakapan antar pesertanya agar dapat
bercakap-cakap secara kooperatif dan santun (Rustono 1999:55). Mengacu pada
batasan tersebut dapat kita cerna bahwa prinsip percakapan mencakup dua hal
yaitu kooperatif dan santun. Dalam bahasa sehari-hari kooperatif biasa disebut dengan kerja sama. Jadi, ada
kerja sama dan kesantunan berbahasa dalam prinsip percakapan.
Adanya
prinsip percakapan bertujuan agar apa yang disampaikan oleh penutur kepada
mitra tutur dapat direspon dengan baik tanpa ada kesalahan mengartikan sehingga
percakapan itu menjadi tidak sinambung. Ketidaksinambungan suatu percakapan itu
akan membuat persepsi masyarakat bahasa menjadi jelek atau tidak sopan.
Anggapan bahwa tuturan itu tidak sopan didasarkan pada melesetnya pesan yang
disampaikan oleh penutur yang disebabkan adanya pelanggaran salah satu prinsip kerja
sama dalam percakapan. Namun, dari pelanggaran yang dianggap tidak sopan itu
akan melahirkan hal baru yang sangat menarik untuk disajikan di kelas yang
kondisi siswanya jenuh. Hal menarik itu berupa humor.
Menurut
Hermintoyo, humor merupakan wacana
hiburan yang berpotensi
memancing respon tersenyum atau
tertawa penikmatnya, mengandung
pelanggaran prinsip kerja sama
dan implikatur percakapan yang berfungsi sebagai pemicu terciptanya
sebuah kelucuan. Selain pelanggaran
prinsip kerja sama, di dalam wacana humor juga terdapat implikatur
percakapan. Munculnya implikatur
ini dimanfaatkan oleh pencipta humor untuk menimbulkan efek lucu.
Humor
merupakan tuturan yang melanggar prinsip kerjasama dalam maksim relevansi. Maksim
relevansi ini menyarankan penutur untuk mengikuti prinsip kerja sama sehingga
menghasilkan tuturan yang sifatnya kooperatif dan relevan dengan masalah yang
dibicarakan. Maksim relevansi menekankan keterkaitan isi tuturan antar
peserta percakapan. Setiap
peserta percakapan saling
memberikan kontribusi yang relevan
dengan topik pembicaraan
sehingga tujuan percakapan dapat tercapai secara efektif.
Namun, terkadang penutur melakukan
pelanggaran dengan keluar dari topik yang dibicarakan sehingga menimbulkan
ketidakpahaman. Hal itu menyebabkan adanya anggapan yang aneh terhadap penutur.
Keanehan itu akan menjadi sumber kelucuan dan jadilah humor.
Menurut Danandjaja
(1989:498 dalam Nur, Lilik ) humor
akan menimbulkan tawa
bagi pendengarnya apabila
mempunyai sifat-sifat: mengandung kejutan yang tidak terduga, melanggar hal tabu
sehingga sengaja menimbulkan ambiguitas, menampilkan yang aneh-aneh karena tidak biasa,
tidak masuk akal
dan tidak logis,
kontradiktif dengan kenyataan, mengandung kenakalan
untuk mengganggu orang lain, dapat
mengecoh orang, mempunyai arti
ganda bagi suatu kata yang sama.
SIKAP
BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS
Pembelajaran merupakan
suatu proses perubahan yaitu perubahan
perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Mohamad Surya 2004 dalam
Ghulam 2011). Mengacu pada batasan itu, maka dalam pembelajaran di kelas yang
dilakukan dapat kita temukan berbagai macam sikap atau perilaku siswa.
Keanekaragaman sikap siswa di kelas ditentukan oleh tiap-tiap individu itu
sendiri.
Sikap
siswa dalam pembelajaran dipengaruhi oleh nilai yang ditanamkan guru saat
pembelajaran berlangsung. Hal itu karena sikap siswa dapat dilihat dari nilai
moral yang dimiliki siswa. Sikap anak dapat dibentuk selama proses interaksinya
dengan orang lain. Azwar dalam Nuraini
1995) menyebutkan bahwa dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk
pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Sumber
pembentukan sikap ada empat yaitu pengalaman pribadi, interaksi dengan orang
lain atau kelompok, pengaruh media massa, dan pengaruh dari figur yang dianggap penting (Loudon dan Bitta
1984).
Sikap
siswa dalam pembelajaran pada umumnya dilatarbelakangi oleh konflik atau
situasi yang problematik yang tengah dihadapinya. Akibat kondisi tersebut,
setiap siswa menunjukkan sikap yang berbeda dalam pembelajaran di kelas. Umumnya
siswa menunjukkan sikap yang atusias dan aktif dalam pembelajaran ketika mereka
merasa senang dengan pembelajaran itu atau ada hal yang menarik yang membuat
mereka tertarik untuk bersikap aktif. Namun, tidak sedikit pula sikap siswa
yang acuh dan tidak antusias. Untuk golongan siswa yang semacam itu ada
beberapa indiksi yaitu sikap siswa yang malas-malasan dalam mengikuti
serangkaian kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru, meletakkan kepala
di atas meja dengan posisi duduk yang tidak sempurnya, membuat kegaduhan
sehingga mengganggu konsentrasi belajar, dan lain sebagainya. Faktor yang
memicu sikap siswa tersebut yakni rasa bosen atau jenuh yang dialami siswa
terhadap pelajaran yang diikutinya.
PENGIKISAN
KEJENUHAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS MELALUI PENCIPTAAN HUMOR
Kegiatan
pembelajaran umumnya diadakan di sekolah yakni di kelas. Dalam pembelajaran
komponen utamanya adalah guru dan siswa. Guru dan siswa harus melakukan kerja
sama dalam proses pembelajaran guna keberhasilan pembelajaran. Guru berhasil
memahamkan siswa sedangkan siswa berhasil memahami materi yang disampaikan oleh
guru. Namun, kadang kala kerja sama yang harmonis semacam itu tidak berjalan
dnegan lancar sesuai yang diharapkan. Hal itu dikarenakan sikap jenuh siswa
terhadap pelajaran yang dihadapi. Kala siswa mengalami kejenuhan maka apa yang
dibelajarkan oleh guru tidak dapat diserap oleh siswa secara maksimal bahkan
tidak terserap sama sekali.
Kejenuhan
belajar merupakan suatu bentuk kesulitan belajar yang tidak selalu mudah untuk
diatasi. Kejenuhan belajar yang dialami oleh para siswa disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya adalah faktor diri siswa sendiri seperti kurangnya
minat dan bakat yang dimiliki, kurangnya motivasi belajar maupun tingkat
intelegensi yang dimiliki siswa itu sendiri. Selain itu ada juga faktor dari sekolah
baik dari guru mata pelajaran maupun sarana dan prasarana yang tersedia di
sekolah tersebut. Dari beberapa faktor yang menjadi penyebab kejenuhan siswa
dalam pembelajaran, ada satu faktor penting yang kadang terlupakan dan dianggap
sepele. Faktor yang dimaksud adalah guru mata pelajaran yang bersangkutan. Fisher
(1988, h.17 dalam Indiyani 2006) menyebutkan bahwa guru kelas dapat
membantu mengurangi kecemasan
siswa dengan membuat
suasana kelas yang
menyenangkan, seperti
menggunakan humor, permainan,
dan aktivitas dengan tingkat
relaksasi tinggi.
Pada
suatu pembelajaran, guru tidak hanya dituntut untuk mempunyai kompetensi materi
saja melainkan juga kompetensi mengatur kelas salah satunya meminimalkan
kejenuhan siswa. Untuk mengatasi kejenuhan siswa guru dapat menerapkan ilmu
pragmatik dalam percakapan. Ilmu pragmatik yang dimaksud adalah pengimplementasian
pelanggaran prinsip percakapan. Pelanggaran prinsip percakapan itu merupakan
suatu pelanggaran yang memiliki nilai positif. Hal itu karena adanya
pelanggaran prinsip percakapan itu akan menghasilkan tuturan humor yang membuat
mitra tutur tertawa.
Pada
umumnya kejenuhan yang dialami siswa dilatarbelakangi oleh pikiran stres yang
terselubung. Dikatakan terselubung karena apa yang dipikirkan siswa ketika
mereka merasa jenuh tidak jelas adanya. Mereka akan bingung jika diminta untuk
mengutarakan apa yang mereka pikirkan. Keadaan otak yang berada dalam titik
kejenuhan itu dapat kita segarkan dengan obrolan-obrolan ringan yang tidak
perlu pemikiran. Pengalihan berpikir juga dapat mengurangi kejenuhan tersebut.
Salah satu cara
pengalihan berpikir dapat dilakukan obrolan-obrolan kecil yang sifatnya humor. Penyisipan
humor dalam pembelajaran secara tidak langsung akan menyita perhatian siswa karena
mereka merasa menemukan hal baru yang bisa membuat mereka tertawa. Penggunaa humor
dalam mengajar mempunyai banyak manfaat dalam pembelajaran terutama untuk
meminimalkan kejenuhan siswa. Hal itu bisa saja terjadi karena percakapan humor
mampu meningkatkan komunikasi antara siswa dan guru sehingga terciptalah
kehangatan dan kedekatan antara siswa dan guru. Selain itu, humor dapat
mengubah mata pelajaran yang membosankan menjadi lebih menarik. Humor dapat menghindarkan seseorang dari rasa bosan yang
berlebihan. Pernyataan itu didukung oleh beberapa ahli yang telah meneliti
yaitu Cooper dan Sawaf (1999:189 dalam Wjayanti 2010) menyatakan bahwa humor
seorang guru mendorong anak-anak untuk selalu ceria dan gembira serta tidak
akan lekas merasa bosan atau lelah. Staton (1978:29 dalam Wiajaynti 2010) juga
mengemukakan bahwa cerita yang dianggap penting atau kecakapan mempergunakan kesempatan yang tepat
untuk menyisipkan humor secara bijaksana sepanjang pemberian pelajaran akan
mendorong siswa untuk tidak bosan-bosannya mengikuti pelajaran tersebut.
Mengacu
pada stress yang membuat kejenuhan pada siswa, percakapan humor dapat
mengurangi stress dan memperkuat
ingatan. Hal itu didukung oleh Lomax & Moosavi (1998 dalam Triyanto, 2010)
yang menyebutkan bahwa pembelajaran dengan selingan humor dapat membuat suasana
kelas lebih kondusif karena perhatian siswa lebih tertuju pada pembelajaran,
juga menambah kegembiraan dan memotivasi siswa untuk belajar lebih giat.
Selain
beberapa manfaat di atas, humor juga bisa menjadi pendukung dalam pembelajaran
kontekstual dalam aspek bertanya. Bertanya merupakan hal yang jarang dilakukan
oleh siswa. Tahu atau tidak tahu, paham atau tidak paham mereka cenderung diam
saja. Hal itu karena mereka merasa tertekan jika mereka melontarkan pertanyaan
kepada guru yang notabennya memiliki posisi lebih tinggi dibanding dirinya.
Namun, dengan adanya humor yang diciptakan oleh guru ataupun siswa membuat
kesan bahwa hubungan mereka sejajar sehingga membuat siswa berani bertanya dan menjawab
pertanyaaan guru karena siswa tidak merasa tertekan.
Melihat
banyaknya manfaat yang didapat dari munculnya humor dalam pembelajaran di kelas
membuat kita tahu bahwa suatu pelanggran prinsip percakapan pun bisa menjadi
obat untuk mengobati kejenuhan siswa. Sebagai contoh nyata mari perhatikan
percakapan berikut ini.
A: guru B: siswa
Di
suatu kelas terjadi proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan bahasan
menulis paragraf.
A: “Berdasarkan penjelasan Ibu tadi,
ayo jelaskan bagaimana hubungan antara kalimat dan paragraf ?”
B: (siswa diam. Pura-pura berpikir)
A: “Hmm. Tidak ada yang tahu ya?
Padahal jawabannya mudah lho.” (melihat seluruh isi kelas)
B: “ Emangnya hubungannya gimana Bu ?”
A: “ Hubungan kalimat dan paragraf
baik-baik saja.”
B: (tertawa)
|
Berdasarkan
contoh di atas, ada ketidakrelevanan dalam tuturan yang disampaikan oleh guru.
Jawaban guru mengenai hubungan kalimat dan paragraf yang baik-baik saja
semata-mata untuk menciptakan humor guna mengembalikan perhatian siswa kembali.
Biasanya dengan munculnya humor yang tiba-tiba semacam itu, siswa yang awalnya
lemas, lesu, dan tidak memperhatikan menjadi semangat mengikuti alur yang ada
di kelas.
PENUTUP
Pada
dasarnya sikap siswa yang menunjukkan kejenuhannya dalam proses pembelajaran
dapat diatasi dengan menyelipkan humor dalam pembelajaran. Tuturan humor ini
akan membantu siswa menyegarkan pikirannya kembali. Hal itu karena tuturan
humor dibentuk dari pelanggaran prinsip percakapan yang menghasilkan tuturan lucu
sehingga membuat pendegarnya tertawa. Ketika siswa mendapat sinyal-sinyal
menarik yakni humor yang membuat mereka tertawa, maka sikap siswa yang mulanya
acuh dan tidak antusias dalam pembelajaran menjadi antusias mengikutinya dengan
harapan mereka akan menemukan humor baru di saat-saat yang tak terduga. Selain
itu, menurut ilmu psikologi rasa senang yang diperlihatkan dengan tertawa dapat
membuat mood seseorang menjadi lebih
baik. Mood siswa yang baik akan
membantu mengurangi kebosannan siswa. Untuk itu seorang guru atau pendidik
diharapkan mempunyai keterampilan berhumor guna meminimalkan kebosanan siswa
yang menyebabkan pembelajaran tidak maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: CV. IKIP Semarang Press
Triyanto. 2010. Modifikasi Pembelajaran Statistika Melalui Pendekatan Kontekstual
Dengan Sentuhan Humor. Surakarta : jurnal Inovasi PendidikanJilid 11, Nomor
1, Mei 2010, halaman 59 – 66
Indiyani, Novita Eka, Listiara. 2006. Efektivitas Metode Pembelajaran Gotong
Royong (Cooperative Learning) Untuk Menurunkan Kecemasan Siswa Dalam Menghadapi
Pelajaran Matematika (Suatu Studi Eksperimental Pada Siswa Di Smp 26 Semarang).
Semarang: Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No. 1, Juni 2006
Nur, Lilik. -. Implikatur Percakapan Dengan Adanya Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Dan
Pelanggaran Prinsip Kesopanan Pada Ludruk Kartolo Cs. Skriptorium, Vol. 1,
No. 1 28!
Wahyu, Hermintoyo, Tiani. Pelanggaran Prinsip Kerja Sama, Implikatur
Percakapan, Dan Tema Dalam Wacana Humor Politik. Semarang : Skripsi
Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
Irena, Angela. 2011. Hubungan Antara Stres dengan Kejenuhan
Belajar Siswa Kelas Akselerasi di SMP Domenico Savio Semarang. Semarang:
Skripsi.
Nuraini, Asriyati. -. Membangun dan Mengembangkan Pendidikan
Nilai, Pembentukan Karakter, dan Pembiasaan Sikap Melalui Pembelajaran Afektif.
Pontianak: skripsi.
Hamdu, Ghulam, Agustina. 2011. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap
Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar. UI : Jurnal Penelitian Pendidikan
Vol. 12 No. 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar