Jumat, 05 Juli 2013

JURNAL PRAGMATIK


PELANGGARAN PRINSIP PERCAKAPAN SEBAGAI SUMBER PENCIPTAAN HUMOR DALAM PENGIKISAN KEJENUHAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS
Oleh: Gigih WW

ABSTRAK
Pembelajaran merupakan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dengan panduan guru yang biasanya dilakukan di dalam kelas. Dalam proses pembelajaran ditemukan berbagai macam sikap siswa dari yang sikap positif maupun sikap negatif. Sikap negatif yang diperlihatkan siswa dalam pembelajaran yaitu kurang antusiasnya siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal itu dikarenakan kejenuhan  yang melanda pada diri mereka. Kejenuhan yang dialami siswa dapat diatasi dengan menyelipkan tuturan humor dalam pembelajaran. Tuturan humor itu dibentuk dari pelanggaran prinsip percakapan. Prinsip percakapan yang dimaksud yakni maksim relevansi. Maksim relevansi mengharuskan suatu percakapan harus memiliki kesinambungan sehingga makna percakapan itu dapat dimengerti. Namun, pada tuturan humor biasanya tidak memiliki kesinambungan dengan tuturan sebelumnya. Hasil pelanggaran prinsip yang berupa humor itu membuat siswa tertawa sehingga kejenuhan akan berkurang. Pengaruh humor terhadap kejenuhan siswa ini sudah diteliti dan dipraktikkan oleh para peneliti ilmiah dan hasilnya memuaskan.
Kata kunci: pembelajaran, humor, pelanggaran prinsip percakapan, kejenuhan siswa

PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan kegiatan membelajarkan siswa dari yang belum tahu menjadi tahu dan dari yang belum paham menjadi paham. Tujuan itu sudah tidak asing lagi dalam dunia pendidikan sekolah. Tujuan pembelajaran yang sangat mulia itu tidak dengan mudah bisa dicapai. Hal itu karena dalam proses pembelajaran banyak sekali faktor penghambat yang menyebabkan pembelajaran tidak berjalan maksimal. Salah satu faktor penghambat dalam pembelajaran yaitu cara guru mengajar yang monoton sehingga membuat siswa merasa jenuh saat belajar. Kejenuhan siswa ini akan berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dibelajarkan.
Kejenuhan siswa yang disebabkan karena kurang kreatifnya guru dalam mengajar biasanya bisa disiasati dengan penggunaan metode pembelajaran yang membuat siswa aktif atau media pembelajaran yang menyenangkan. Namun, pada kenyataannya hal itu tidak cukup mengobati kejenuhan siswa karena metode atau media pembelajaran itu akan sering diterima siswa dari guru mata pelajaran yang berbeda. Untuk itu seorang guru tidak selamanya bisa bergantung pada motode atau media pembelajaran yang beragam untuk menangani kejenuhan siswa.
Satu-satunya hal yang bisa membantu mengatasi kejenuhan siswa terhadap pembelajaran di kelas adalah kompetensi kepribadian guru itu sendiri. Kompetensi kepribadian guru itu misalnya kemampuan untuk membuat humor disela-sela pembelajaran sebagai selingan dalam pembelajaran. Tuturan humor akan membuat suasana di kelas menjadi mencair sehingga kejenuhan akan berkurang. Berdasarkan ilmu pragmatik, tuturan humor merupakan tuturan  yang  mengandung pelanggaran  prinsip  kerja  sama dan implikatur percakapan yang menimbulkan efek lucu.

HUMOR DAN PELANGGARAN PRINSIP PERCAKAPAN
Percakapan merupakan suatu aktivitas yang diatur oleh aturan (rule governed) (Richards 1983 dalam Rustono 1999). Ada banyak aturan yang ada dalam percakapan. Aturan itu bisa berbentuk kerja sama yang berupa interaksi komunikatif. Percakapan adalah suatu interaksi yang tertib dan merupakan wahana pembicara dan pendengar mengkoordinasi produksi bersama tentang makna dan aksi dalam suatu konteks sesaat interkasi sosial secara sinambung ( Schiffrin 1989 dalam Rustono 1999). Berdasarkan definisi dari ahli tersebut, maka bisa kita ketahui bahwa suatu percakapan itu harus memiliki makna dan ada kesinambungan antara pesan yang disampaikan penutur dengan respon dari mitra tutur. Jika dalam percakapan tidak terdapat kesinambungan antara impuls dan respon maka akan terjadi pelanggaran prinsip percakapan.
Prinsip percakapan (conversational) adalah prinsip yang mengatur mekanisme percakapan antar pesertanya agar dapat bercakap-cakap secara kooperatif dan santun (Rustono 1999:55). Mengacu pada batasan tersebut dapat kita cerna bahwa prinsip percakapan mencakup dua hal yaitu kooperatif dan santun. Dalam bahasa sehari-hari kooperatif  biasa disebut dengan kerja sama. Jadi, ada kerja sama dan kesantunan berbahasa dalam prinsip percakapan.
Adanya prinsip percakapan bertujuan agar apa yang disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur dapat direspon dengan baik tanpa ada kesalahan mengartikan sehingga percakapan itu menjadi tidak sinambung. Ketidaksinambungan suatu percakapan itu akan membuat persepsi masyarakat bahasa menjadi jelek atau tidak sopan. Anggapan bahwa tuturan itu tidak sopan didasarkan pada melesetnya pesan yang disampaikan oleh penutur yang disebabkan adanya pelanggaran salah satu prinsip kerja sama dalam percakapan. Namun, dari pelanggaran yang dianggap tidak sopan itu akan melahirkan hal baru yang sangat menarik untuk disajikan di kelas yang kondisi siswanya jenuh. Hal menarik itu berupa humor.
Menurut Hermintoyo, humor  merupakan  wacana  hiburan  yang  berpotensi  memancing respon  tersenyum  atau  tertawa  penikmatnya,  mengandung  pelanggaran  prinsip kerja sama dan  implikatur percakapan  yang berfungsi sebagai pemicu terciptanya sebuah  kelucuan. Selain pelanggaran prinsip kerja sama, di dalam  wacana  humor juga terdapat  implikatur  percakapan.  Munculnya implikatur ini dimanfaatkan oleh pencipta humor untuk menimbulkan efek lucu.
Humor merupakan tuturan yang melanggar prinsip kerjasama dalam maksim relevansi. Maksim relevansi ini menyarankan penutur untuk mengikuti prinsip kerja sama sehingga menghasilkan tuturan yang sifatnya kooperatif dan relevan dengan masalah yang dibicarakan. Maksim relevansi menekankan keterkaitan isi tuturan  antar  peserta  percakapan.  Setiap  peserta  percakapan  saling  memberikan kontribusi  yang  relevan  dengan  topik  pembicaraan  sehingga  tujuan  percakapan dapat tercapai secara efektif. Namun,  terkadang penutur melakukan pelanggaran dengan keluar dari topik yang dibicarakan sehingga menimbulkan ketidakpahaman. Hal itu menyebabkan adanya anggapan yang aneh terhadap penutur. Keanehan itu akan menjadi sumber kelucuan dan jadilah humor.
Menurut  Danandjaja  (1989:498  dalam Nur, Lilik )  humor  akan  menimbulkan  tawa  bagi  pendengarnya apabila mempunyai sifat-sifat: mengandung kejutan yang tidak terduga, melanggar hal tabu sehingga sengaja menimbulkan ambiguitas, menampilkan yang aneh-aneh karena tidak  biasa,  tidak  masuk  akal  dan  tidak  logis,  kontradiktif  dengan  kenyataan, mengandung  kenakalan  untuk  mengganggu  orang  lain,  dapat  mengecoh  orang, mempunyai arti ganda bagi suatu kata yang sama.

SIKAP BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS
Pembelajaran  merupakan  suatu  proses perubahan yaitu perubahan perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dan lingkungannya dalam memenuhi  kebutuhan hidupnya (Mohamad Surya 2004 dalam Ghulam 2011). Mengacu pada batasan itu, maka dalam pembelajaran di kelas yang dilakukan dapat kita temukan berbagai macam sikap atau perilaku siswa. Keanekaragaman sikap siswa di kelas ditentukan oleh tiap-tiap individu itu sendiri.
Sikap siswa dalam pembelajaran dipengaruhi oleh nilai yang ditanamkan guru saat pembelajaran berlangsung. Hal itu karena sikap siswa dapat dilihat dari nilai moral yang dimiliki siswa. Sikap anak dapat dibentuk selama proses interaksinya dengan orang lain. Azwar  dalam Nuraini 1995) menyebutkan bahwa dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Sumber pembentukan sikap ada empat yaitu pengalaman pribadi, interaksi dengan orang lain atau kelompok, pengaruh media massa, dan pengaruh dari figur  yang dianggap penting (Loudon dan Bitta 1984).
Sikap siswa dalam pembelajaran pada umumnya dilatarbelakangi oleh konflik atau situasi yang problematik yang tengah dihadapinya. Akibat kondisi tersebut, setiap siswa menunjukkan sikap yang berbeda dalam pembelajaran di kelas. Umumnya siswa menunjukkan sikap yang atusias dan aktif dalam pembelajaran ketika mereka merasa senang dengan pembelajaran itu atau ada hal yang menarik yang membuat mereka tertarik untuk bersikap aktif. Namun, tidak sedikit pula sikap siswa yang acuh dan tidak antusias. Untuk golongan siswa yang semacam itu ada beberapa indiksi yaitu sikap siswa yang malas-malasan dalam mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru, meletakkan kepala di atas meja dengan posisi duduk yang tidak sempurnya, membuat kegaduhan sehingga mengganggu konsentrasi belajar, dan lain sebagainya. Faktor yang memicu sikap siswa tersebut yakni rasa bosen atau jenuh yang dialami siswa terhadap pelajaran yang diikutinya.

PENGIKISAN KEJENUHAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS MELALUI PENCIPTAAN HUMOR
Kegiatan pembelajaran umumnya diadakan di sekolah yakni di kelas. Dalam pembelajaran komponen utamanya adalah guru dan siswa. Guru dan siswa harus melakukan kerja sama dalam proses pembelajaran guna keberhasilan pembelajaran. Guru berhasil memahamkan siswa sedangkan siswa berhasil memahami materi yang disampaikan oleh guru. Namun, kadang kala kerja sama yang harmonis semacam itu tidak berjalan dnegan lancar sesuai yang diharapkan. Hal itu dikarenakan sikap jenuh siswa terhadap pelajaran yang dihadapi. Kala siswa mengalami kejenuhan maka apa yang dibelajarkan oleh guru tidak dapat diserap oleh siswa secara maksimal bahkan tidak terserap sama sekali.
Kejenuhan belajar merupakan suatu bentuk kesulitan belajar yang tidak selalu mudah untuk diatasi. Kejenuhan belajar yang dialami oleh para siswa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor diri siswa sendiri seperti kurangnya minat dan bakat yang dimiliki, kurangnya motivasi belajar maupun tingkat intelegensi yang dimiliki siswa itu sendiri. Selain itu ada juga faktor dari sekolah baik dari guru mata pelajaran maupun sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah tersebut. Dari beberapa faktor yang menjadi penyebab kejenuhan siswa dalam pembelajaran, ada satu faktor penting yang kadang terlupakan dan dianggap sepele. Faktor yang dimaksud adalah guru mata pelajaran yang bersangkutan. Fisher (1988, h.17 dalam Indiyani 2006) menyebutkan bahwa guru kelas dapat membantu  mengurangi  kecemasan  siswa  dengan  membuat  suasana  kelas  yang  menyenangkan, seperti  menggunakan  humor,  permainan,  dan  aktivitas dengan  tingkat  relaksasi  tinggi.
Pada suatu pembelajaran, guru tidak hanya dituntut untuk mempunyai kompetensi materi saja melainkan juga kompetensi mengatur kelas salah satunya meminimalkan kejenuhan siswa. Untuk mengatasi kejenuhan siswa guru dapat menerapkan ilmu pragmatik dalam percakapan. Ilmu pragmatik yang dimaksud adalah pengimplementasian pelanggaran prinsip percakapan. Pelanggaran prinsip percakapan itu merupakan suatu pelanggaran yang memiliki nilai positif. Hal itu karena adanya pelanggaran prinsip percakapan itu akan menghasilkan tuturan humor yang membuat mitra tutur tertawa.
Pada umumnya kejenuhan yang dialami siswa dilatarbelakangi oleh pikiran stres yang terselubung. Dikatakan terselubung karena apa yang dipikirkan siswa ketika mereka merasa jenuh tidak jelas adanya. Mereka akan bingung jika diminta untuk mengutarakan apa yang mereka pikirkan. Keadaan otak yang berada dalam titik kejenuhan itu dapat kita segarkan dengan obrolan-obrolan ringan yang tidak perlu pemikiran. Pengalihan berpikir juga dapat mengurangi kejenuhan tersebut.
Salah satu cara pengalihan berpikir dapat dilakukan obrolan-obrolan kecil yang sifatnya humor. Penyisipan humor dalam pembelajaran secara tidak langsung akan menyita perhatian siswa karena mereka merasa menemukan hal baru yang bisa membuat mereka tertawa. Penggunaa humor dalam mengajar mempunyai banyak manfaat dalam pembelajaran terutama untuk meminimalkan kejenuhan siswa. Hal itu bisa saja terjadi karena percakapan humor mampu meningkatkan komunikasi antara siswa dan guru sehingga terciptalah kehangatan dan kedekatan antara siswa dan guru. Selain itu, humor dapat mengubah mata pelajaran yang membosankan menjadi lebih menarik. Humor dapat menghindarkan seseorang dari rasa bosan yang berlebihan. Pernyataan itu didukung oleh beberapa ahli yang telah meneliti yaitu Cooper dan Sawaf (1999:189 dalam Wjayanti 2010) menyatakan bahwa humor seorang guru mendorong anak-anak untuk selalu ceria dan gembira serta tidak akan lekas merasa bosan atau lelah. Staton (1978:29 dalam Wiajaynti 2010) juga mengemukakan bahwa cerita yang dianggap penting atau  kecakapan mempergunakan kesempatan yang tepat untuk menyisipkan humor secara bijaksana sepanjang pemberian pelajaran akan mendorong siswa untuk tidak bosan-bosannya mengikuti pelajaran tersebut.
Mengacu pada stress yang membuat kejenuhan pada siswa, percakapan humor dapat mengurangi stress  dan memperkuat ingatan. Hal itu didukung oleh Lomax & Moosavi (1998 dalam Triyanto, 2010) yang menyebutkan bahwa pembelajaran dengan selingan humor dapat membuat suasana kelas lebih kondusif karena perhatian siswa lebih tertuju pada pembelajaran, juga menambah kegembiraan dan memotivasi siswa untuk belajar lebih giat.
Selain beberapa manfaat di atas, humor juga bisa menjadi pendukung dalam pembelajaran kontekstual dalam aspek bertanya. Bertanya merupakan hal yang jarang dilakukan oleh siswa. Tahu atau tidak tahu, paham atau tidak paham mereka cenderung diam saja. Hal itu karena mereka merasa tertekan jika mereka melontarkan pertanyaan kepada guru yang notabennya memiliki posisi lebih tinggi dibanding dirinya. Namun, dengan adanya humor yang diciptakan oleh guru ataupun siswa membuat kesan bahwa hubungan mereka sejajar sehingga membuat siswa berani bertanya dan menjawab pertanyaaan guru karena siswa tidak merasa tertekan.
Melihat banyaknya manfaat yang didapat dari munculnya humor dalam pembelajaran di kelas membuat kita tahu bahwa suatu pelanggran prinsip percakapan pun bisa menjadi obat untuk mengobati kejenuhan siswa. Sebagai contoh nyata mari perhatikan percakapan berikut ini.

A: guru                 B: siswa

Di suatu kelas terjadi proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan bahasan menulis paragraf.
A: “Berdasarkan penjelasan Ibu tadi, ayo jelaskan bagaimana hubungan antara kalimat dan paragraf ?”
B: (siswa diam. Pura-pura berpikir)
A: “Hmm. Tidak ada yang tahu ya? Padahal jawabannya mudah lho.” (melihat seluruh isi kelas)
B: “ Emangnya hubungannya gimana Bu ?”
A: “ Hubungan kalimat dan paragraf baik-baik saja.”
B: (tertawa)

Berdasarkan contoh di atas, ada ketidakrelevanan dalam tuturan yang disampaikan oleh guru. Jawaban guru mengenai hubungan kalimat dan paragraf yang baik-baik saja semata-mata untuk menciptakan humor guna mengembalikan perhatian siswa kembali. Biasanya dengan munculnya humor yang tiba-tiba semacam itu, siswa yang awalnya lemas, lesu, dan tidak memperhatikan menjadi semangat mengikuti alur yang ada di kelas.

PENUTUP
Pada dasarnya sikap siswa yang menunjukkan kejenuhannya dalam proses pembelajaran dapat diatasi dengan menyelipkan humor dalam pembelajaran. Tuturan humor ini akan membantu siswa menyegarkan pikirannya kembali. Hal itu karena tuturan humor dibentuk dari pelanggaran prinsip percakapan yang menghasilkan tuturan lucu sehingga membuat pendegarnya tertawa. Ketika siswa mendapat sinyal-sinyal menarik yakni humor yang membuat mereka tertawa, maka sikap siswa yang mulanya acuh dan tidak antusias dalam pembelajaran menjadi antusias mengikutinya dengan harapan mereka akan menemukan humor baru di saat-saat yang tak terduga. Selain itu, menurut ilmu psikologi rasa senang yang diperlihatkan dengan tertawa dapat membuat mood seseorang menjadi lebih baik. Mood siswa yang baik akan membantu mengurangi kebosannan siswa. Untuk itu seorang guru atau pendidik diharapkan mempunyai keterampilan berhumor guna meminimalkan kebosanan siswa yang menyebabkan pembelajaran tidak maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: CV. IKIP Semarang Press
Triyanto. 2010. Modifikasi Pembelajaran Statistika Melalui Pendekatan Kontekstual Dengan Sentuhan Humor. Surakarta : jurnal Inovasi PendidikanJilid 11, Nomor 1, Mei 2010, halaman 59 – 66
Indiyani, Novita Eka, Listiara. 2006. Efektivitas Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) Untuk Menurunkan Kecemasan Siswa Dalam Menghadapi Pelajaran Matematika (Suatu Studi Eksperimental Pada Siswa Di Smp 26 Semarang). Semarang: Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No. 1, Juni 2006
Nur, Lilik. -. Implikatur Percakapan Dengan Adanya Pelanggaran Prinsip Kerja Sama Dan Pelanggaran Prinsip Kesopanan Pada Ludruk Kartolo Cs. Skriptorium, Vol. 1, No. 1  28!
Wahyu, Hermintoyo, Tiani. Pelanggaran Prinsip Kerja Sama, Implikatur Percakapan, Dan Tema Dalam Wacana Humor Politik. Semarang : Skripsi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
Irena, Angela. 2011. Hubungan Antara Stres dengan Kejenuhan Belajar Siswa Kelas Akselerasi di SMP Domenico Savio Semarang. Semarang: Skripsi.
Nuraini, Asriyati. -. Membangun dan Mengembangkan Pendidikan Nilai, Pembentukan Karakter, dan Pembiasaan Sikap Melalui Pembelajaran Afektif. Pontianak: skripsi.
Hamdu, Ghulam, Agustina. 2011. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar. UI : Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 12 No. 1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar