Darah
Tani Menjelma Jadi Pejabat Negeri
oleh: Gigih WW
Teriknya
matahari siang tak memberi pengaruh pada hiruk pikuk para karyawan di kantor
dinas pendidikan Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati. Di tengah kesibukan itu nampak
sesosok pria paruh baya dengan seragam keki sedang serius membaca laporan
pekerjaannya. Pandangan mata yang tajam kearah kertas yang dipeganganya sejak
tadi dengan dahi mengeryit menyakinkan semua orang disekitarnya bahwa ia
benar-benar serius membaca. Papan nama yang bertuliskan ‘kepala’ tertata rapi
di atas mejanya. Status itu yang membuat rekan kerjanya tidak merasa heran
melihat aktivitas yang dilakoninya.
Pria yang
mempunyai tiga orang anak itu bernama lengkap Nyamin (47). Ia terlahir dari rahim
seorang petani. Ia pun tumbuh besar di lingkungan petani. Namun, semangatnya
yang tinggi untuk meningkatkan status sosial keluarganya, ia berjuang mengeyam
pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi.
“ Saya
memang berasal dari keluarga kurang mampu. Untuk mendapatkan gelar sarjana saja
pemerintah harus ikut andil kerena S1 saya dibiayai oleh pemerintah alias
beasiswa, “ ujarnya sambil tersenyum lebar.
Pribadi
yang disiplin dan pekerja keras membuat karirnya di dunia pendidikan berjalan
lancar. Hal itu terbukti dengan diangkatnya ia menjadi kepala sekolah diusianya
yang masih muda waktu itu. Dua tahun setelah ia menjabat sebagai kepala
sekolah, pemerintah daerah kabupaten merekomendasikannya menjadi kepala dinas
pendidikan tingkat kecamatan. Jabatan itu tidak lantas membuatnya sombong dan
berleha-leha, namun ia tetap bersemangat untuk memajukan sekolah-sekolah yang
dinaunginya. Hal itu terbukti dengan didapatkannya proyek pembangunan sekolah
yang jauh lebih banyak daripada teman selevelnya. Ia mengatakan bahwa jeli mencari
peluang dan memperbanyak relasi dengan para pejabat atas adalah kunci tembusnya
suatu proposal pembangunan sekolah.
Bagaikan
program akselerasi, karir pria bertubuh tinggi kekar itu berjalan cepat dari
satu level ke level berikutya. Kala itu ia dilantik menjadi pejabat daerah
paling muda di kotanya. Selain paling muda, ia juga mendapat predikat pejabat
paling rendah pendidikannya (title).
Namun, kenyataan itulah yang membuat rekan sejawatnya salut kepadanya. Hingga banyak
yang meminta resep kesuksesannya.
“ Saya
selalu bilang kepada teman-teman agar selalu berusaha dan mengembangkan
potensinya. Jalani pekerjaan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh karena itu
amanat. Jangan hanya tanya gaji melulu,” ungkapnya dengan senyuman lebar dan gayanya
yang santai.
Pria
yang mempunyai hobi memelihara ayam bangkok ini, tidak hanya berhasil
membimbing rekan kerjanya di kantor, melainkan ia juga berhasil membina
keluarga kecilnya yang ia bangun 23 tahun silam. Ia selalu punya cara untuk
merekatkan hubungan antara dirinya dan anak-anaknya. Tiap hari minggu pagi
setelah lari-lari bersama istri dan anak perempuannya, ia pergi ke pasar ayam
dengan anak bungsunya.
Berawal
dari hobinya memelihara ayam jago dan kebiasaannya pergi ke pasar hewan, ia dan
anak bungsunya yang bernama Kukuh (19) merintis usaha ternak ayam petarung.
Dari usaha itu, ia mendapatkan keuntungan yang tidak seberapa dibandingkan
dengan gajinya tiap bulan.
“
Sebenarnya usaha ternak ayam itu hanya sebagai hiburan saja saat penat mikirin
masalah kantor yang terus muncul. Jadi, keuntungan kecil tidak menjadi masalah
buat saya yang penting kami mendapatkan kesenangan dari hal itu,” ungkap pria
berkumis tebal itu.
Keunikan
lain muncul dari pria berkulit sawo matang itu. Predikat unik itu diberikan
oleh orang-orang di sekitarnya. Mereka sering menyebut pria itu sebagai si dukun.
Tidak tanpa alasan ia diberikan julukan itu. Perkataannya yang mandi merupakan satu-satuya alasan. Apa
yang ia katakan sering kali menjadi kenyataan.
Suatu
ketika ia menegur seorang guru yang sering terlambat masuk sekolah dan
menelantarkan siswa. Kepada guru itu, ia mengatakan bahwa gaji yang ia terima
tidak akan berkah. Selang beberapa hari, suami guru tersebut mengalami
kecelakaan dan lumpuh. Kasus lain terjadi pada seorang rekannya yang berusaha
memfitnahnya dalam hal penyelewengan dana. Namun, ia yakin bahwa Tuhan tahu
kalau dirinya jujur. Bertombak pada keyakinan itu, ia lolos dari jeratan hukum
dan orang yang memfitnahnya terkena serangan jantung dan meninggal dunia.
“ Kami
telah hidup bersama selama hampir seperempat abad. Saya merasa beliau adalah
manusia peliharaan Allah. Saya bilang demikian karena dari tahun ke tahun panen
padi di sawah yang kami punya akan mengalami gagal panen ketika beliau tidak
berkenan untuk ikut andil dalam pengelolaannya. Sebaliknya, jika beliau
berkenan andil walau hanya sekadar melihat tanaman itu dari jauh, insyaallah
tanaman yang kami tanam berbuah lebat,” ujar istrinya dengan senyum menyungging
dibibir.
Dengan
kunci keuletan dan bekal keikhlasan, Bapak Nyamin berhasil mencapai impiannya menjadi
pejuang pendidikan. Ia melakoni karirnya bagaikan menaiki anak tangga yakni dari
satu level ke level berikutya. Kenyakinannya pada karunia Tuhan membuat ia bisa
membina keluarga dan karyawannya dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar