Jumat, 05 Juli 2013

FEATURE PROFIL


 
Darah Tani Menjelma Jadi Pejabat Negeri
oleh: Gigih WW

Teriknya matahari siang tak memberi pengaruh pada hiruk pikuk para karyawan di kantor dinas pendidikan Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati. Di tengah kesibukan itu nampak sesosok pria paruh baya dengan seragam keki sedang serius membaca laporan pekerjaannya. Pandangan mata yang tajam kearah kertas yang dipeganganya sejak tadi dengan dahi mengeryit menyakinkan semua orang disekitarnya bahwa ia benar-benar serius membaca. Papan nama yang bertuliskan ‘kepala’ tertata rapi di atas mejanya. Status itu yang membuat rekan kerjanya tidak merasa heran melihat aktivitas yang dilakoninya.

Pria yang mempunyai tiga orang anak itu bernama lengkap Nyamin (47). Ia terlahir dari rahim seorang petani. Ia pun tumbuh besar di lingkungan petani. Namun, semangatnya yang tinggi untuk meningkatkan status sosial keluarganya, ia berjuang mengeyam pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi.

“ Saya memang berasal dari keluarga kurang mampu. Untuk mendapatkan gelar sarjana saja pemerintah harus ikut andil kerena S1 saya dibiayai oleh pemerintah alias beasiswa, “ ujarnya sambil tersenyum lebar.

Pribadi yang disiplin dan pekerja keras membuat karirnya di dunia pendidikan berjalan lancar. Hal itu terbukti dengan diangkatnya ia menjadi kepala sekolah diusianya yang masih muda waktu itu. Dua tahun setelah ia menjabat sebagai kepala sekolah, pemerintah daerah kabupaten merekomendasikannya menjadi kepala dinas pendidikan tingkat kecamatan. Jabatan itu tidak lantas membuatnya sombong dan berleha-leha, namun ia tetap bersemangat untuk memajukan sekolah-sekolah yang dinaunginya. Hal itu terbukti dengan didapatkannya proyek pembangunan sekolah yang jauh lebih banyak daripada teman selevelnya. Ia mengatakan bahwa jeli mencari peluang dan memperbanyak relasi dengan para pejabat atas adalah kunci tembusnya suatu proposal pembangunan sekolah.

Bagaikan program akselerasi, karir pria bertubuh tinggi kekar itu berjalan cepat dari satu level ke level berikutya. Kala itu ia dilantik menjadi pejabat daerah paling muda di kotanya. Selain paling muda, ia juga mendapat predikat pejabat paling rendah pendidikannya (title). Namun, kenyataan itulah yang membuat rekan sejawatnya salut kepadanya. Hingga banyak yang meminta resep kesuksesannya.

“ Saya selalu bilang kepada teman-teman agar selalu berusaha dan mengembangkan potensinya. Jalani pekerjaan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh karena itu amanat. Jangan hanya tanya gaji melulu,” ungkapnya dengan senyuman lebar dan gayanya yang santai.

Pria yang mempunyai hobi memelihara ayam bangkok ini, tidak hanya berhasil membimbing rekan kerjanya di kantor, melainkan ia juga berhasil membina keluarga kecilnya yang ia bangun 23 tahun silam. Ia selalu punya cara untuk merekatkan hubungan antara dirinya dan anak-anaknya. Tiap hari minggu pagi setelah lari-lari bersama istri dan anak perempuannya, ia pergi ke pasar ayam dengan anak bungsunya.

Berawal dari hobinya memelihara ayam jago dan kebiasaannya pergi ke pasar hewan, ia dan anak bungsunya yang bernama Kukuh (19) merintis usaha ternak ayam petarung. Dari usaha itu, ia mendapatkan keuntungan yang tidak seberapa dibandingkan dengan gajinya tiap bulan.
“ Sebenarnya usaha ternak ayam itu hanya sebagai hiburan saja saat penat mikirin masalah kantor yang terus muncul. Jadi, keuntungan kecil tidak menjadi masalah buat saya yang penting kami mendapatkan kesenangan dari hal itu,” ungkap pria berkumis tebal itu.

Keunikan lain muncul dari pria berkulit sawo matang itu. Predikat unik itu diberikan oleh orang-orang di sekitarnya. Mereka sering menyebut pria itu sebagai si dukun. Tidak tanpa alasan ia diberikan julukan itu. Perkataannya yang mandi merupakan satu-satuya alasan. Apa yang ia katakan sering kali menjadi kenyataan.

Suatu ketika ia menegur seorang guru yang sering terlambat masuk sekolah dan menelantarkan siswa. Kepada guru itu, ia mengatakan bahwa gaji yang ia terima tidak akan berkah. Selang beberapa hari, suami guru tersebut mengalami kecelakaan dan lumpuh. Kasus lain terjadi pada seorang rekannya yang berusaha memfitnahnya dalam hal penyelewengan dana. Namun, ia yakin bahwa Tuhan tahu kalau dirinya jujur. Bertombak pada keyakinan itu, ia lolos dari jeratan hukum dan orang yang memfitnahnya terkena serangan jantung dan meninggal dunia.

“ Kami telah hidup bersama selama hampir seperempat abad. Saya merasa beliau adalah manusia peliharaan Allah. Saya bilang demikian karena dari tahun ke tahun panen padi di sawah yang kami punya akan mengalami gagal panen ketika beliau tidak berkenan untuk ikut andil dalam pengelolaannya. Sebaliknya, jika beliau berkenan andil walau hanya sekadar melihat tanaman itu dari jauh, insyaallah tanaman yang kami tanam berbuah lebat,” ujar istrinya dengan senyum menyungging dibibir.

Dengan kunci keuletan dan bekal keikhlasan, Bapak Nyamin berhasil mencapai impiannya menjadi pejuang pendidikan. Ia melakoni karirnya bagaikan menaiki anak tangga yakni dari satu level ke level berikutya. Kenyakinannya pada karunia Tuhan membuat ia bisa membina keluarga dan karyawannya dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar