Sabtu, 28 April 2012

KD_Menganalisis puisi berdasarkan komponen bentuk puisi (bait,rima, larik, irama) dan isi (pengindraan,pikiran, perasaan, imajinasi)

PUISI • KOMPETENSI DASAR : 5.3 Menganalisis puisi berdasarkan komponen bentuk puisi (bait,rima, larik, irama) dan isi (pengindraan,pikiran, perasaan, imajinasi) • INDIKATOR : 1. Siswa mampu memahami hakikat puisi. 2. Siswa mampu mengetahui komponen bentuk puisi (bait,rima, larik, irama) dan isi puisi (penginderaan, pikiran, perasaan, imajinasi). 3. Siswa mampu menganalisis komponen bentuk puisi (bait,rima, larik, irama) dan isi puisi (penginderaan, pikiran, perasaan, imajinasi). • MATERI A. KONSEP, PROSEDUR, PRINSIP 1. KONSEP  Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau poeisis ‘pembuatan’ dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan membuat dan pembuatan karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah. (Aminuddin,2009:134).  Komponen bentuk puisi adalah unsure pembentuk puisi yang dapat diamati secara visual.  Larik adalah satuan yang pada umumnya lebih besar dari kata dan telah mendukung satuan makna tertentu. Larik juga bisa diartikan sebagai wadah, penyatu, dan pengemban ide penyair yang diawali lewat kata.  Bait adalah satuan yang lebih besar dari larik. Bait diartikan juga sebagai kesatuan larik yang berada dalam satu kelompok dalam rangka mendukung satu kesatuan pokok pikiran, terpisah dari kelompok larik (bait) lainnya.  Rima adalah bunyi yang berselang atau berulang, baik di dalam larik puisi maupun pada akhir larik-larik puisi.  Irama adalah paduan bunyi yang menimbulkan unsure musikalitas, baik berupa alunan keras-lunak, tinggi-rendah, panjang-pendek, dan kuat-lemah yang keseluruhannya mampu menumbuhkan kemerduan, kesan suasana serta nuansa makna tertentu.  Penginderaan adalah hasil rekayasa dari alat indera manusia.  Pikiran adalah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya.  Perasaan adalah sesuatu yang diciptakan atau digambarkan oleh penyair lewat puisi yang dihadirkannya.  Imajinasi adalah daya pikir pengarang untuk membuat gambaran tidak langsung dari keadaan atau kejadian yang sebenarnya, melainkan berupa sindiran. 2. PROSEDUR a. Tahap menganalisis penginderaan - Siswa membaca puisi yang telah dipilih secara berulang-ulang - Siswa memahami gambaran makna yang ditampilkan penyair secara umum - Siswa menemukan kata-kata yang termasuk dalam kategori lambang atau symbol yang mengacu pada panca indera (penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pencecapan) - Siswa menafsirkan penginderaan yang dipakai oleh penyair dalam puisi tersebut berdasarkan kata atau symbol yang didapat. b. Tahap menganalisis pikiran - Siswa membaca puisi yang telah dipilih secara berulang-ulang - Siswa berusaha memahami makna yang terkandung dalam judul puisi - Siswa berusaha memahami satuan-satuan pokok pikiran, baik yang terkandung dalam sekelompok baris maupun satuan pokok pikiran yang terdapat dalam bait. - Siswa menebak/menafsirkan pokok pikiran penyair dari satuan-satuan pokok yang didapat. - Siswa menuliskan tafsiran tentang pikiran penyair kedalam bahasa sendiri. c. Tahap menganalisis perasaan - Siswa membaca puisi yang telah dipilih secara berulang-ulang - Siswa berusaha memahami makna yang terkandung dalam judul puisi - Siswa berusaha memahami satuan-satuan pokok perasaan, baik yang terkandung dalam sekelompok baris maupun satuan pokok perasaan yang terdapat dalam bait. - Siswa menebak/menafsirkan perasaan penyair dari satuan-satuan pokok yang didapat. - Siswa menuliskan tafsiran tentang perasaan penyair kedalam bahasa sendiri. d. Tahap menganalisis imajinasi - Siswa membaca puisi yang telah dipilih secara berulang-ulang - Siswa berusaha memahami makna yang terkandung dalam judul puisi - Siswa berusaha memahami pikiran dan perasaan penyair melalui rangkaian kata-kata yang ditampilkan - Siswa berusaha mengimajinasi gambaran kisah atau cerita yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca. 3. PRINSIP Prinsip-prinsip yang mendasari pentingnya komponen bentuk puisi (bait,rima, larik, irama) dan isi (pengindraan,pikiran, perasaan, imajinasi) : a. Karya sastra puisi dibangun oleh dua komponen yaitu komponen pembentuk dan komponen isi. b. Komponen pembentuk puisi terdiri atas bait, larik, rima dan irama, sedangkan komponen isi puisi terdiri atas penginderaan, pikiran, perasaan, dan imajinasi. c. Komponen pembentuk dan komponen isi dari puisi tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena keduanya saling terkait. d. Menganalisi puisi adalah dengan memahami satu per satu kata yang ada untuk ditafsirkan maksud yang ingin disampaikan pengarang pada pembaca. B. TEKS/ WACANA • PENGURAIAN a. Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau poeisis ‘pembuatan’ dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan membuat dan pembuatan karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah. (Aminuddin,2009:134). Dengan mengutip pendapat Mc caulay, Hudson mengungkapkan bahwa puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya. b. Komponen bentuk puisi adalah unsure pembentuk puisi yang dapat diamati secara visual. Komponen tersebut meliputi larik, bait, rima, irama, tipografi. Komponen bentuk puisi disebut sebagai salah satu unsur yang dapat diamati secara visual karena dalam puisi juga terdapat komponen yang yang hanya dapat ditangkap lewat kepekaan batin dan daya kritis pikiran pembaca. c. Larik adalah satuan yang pada umumnya lebih besar dari kata dan telah mendukung satuan makna tertentu. Larik juga bisa diartikan sebagai wadah, penyatu, dan pengemban ide penyair yang diawali lewat kata. Sesuai dengan hak kepengarangan yang diistilahkan dengan licentia poetica, maka wujud, cirri-ciri dan peranan larik tidak bisa disamakan dengan prosa. Penulisan larik dalam puisi tidak mengenal adanya tanda baca maupun huruf capital. Selain itu, larik dalam puiis sering kali mengalami pelepasan, yakni penghilangan salah satu atau beberapa bentuk dalam suatu larik untuk mencapai kepadatan dan keefektifan bahasa. d. Bait adalah satuan yang lebih besar dari larik. Bait diartikan juga sebagai kesatuan larik yang berada dalam satu kelompok dalam rangka mendukung satu kesatuan pokok pikiran, terpisah dari kelompok larik (bait) lainnya. Keberadaan bait sebagai kumpulan larik tidaklah mutlak. Peranan bait dalam puisi adalah untuk membentuk suatu kesatuan makna dalam rangka mewujudkan pokok pikiran tertentu yang berbeda dengan satuan makna dalam sekelompok larik lainnya. Bait juga berperan menciptakan tipografi puisi. e. Rima adalah bunyi yang berselang atau berulang, baik di dalam larik puisi maupun pada akhir larik-larik puisi. Rima mengandung berbagai aspek meliputi asonansi atau runtun vocal, aliterasi atau purwakanti, rima akhir, rima dalam, rima rupa, rima identik, dan rima sempurna. f. Irama adalah paduan bunyi yang menimbulkan unsure musikalitas, baik berupa alunan keras-lunak, tinggi-rendah, panjang-pendek, dan kuat-lemah yang keseluruhannya mampu menumbuhkan kemerduan, kesan suasana serta nuansa makna tertentu. Timbulnya irama itu selain akibat penataan rima, juga akibat pemberian aksentuasi atau intonasi maupun tempo sewaktu melaksanakan pembacaan secara oral. g. Penginderaan adalah hasil rekayasa dari panca indera manusia. Penginderaan meliputi visual, audio, perabaan, pencecapan, dan penciuman. Penginderaan ditampilkan dalan bentuk kata-kata atau symbol yang mengacu pada respon alat indera. h. Pikiran adalah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya. Hal ini mungkin saja terkandung dalam lapis makna puisi sejalan dengan terdapatnya pokok pikiran dalam puisi, karena setiap menghadirkan pokok pikiran tertentu, manusia pada umumnya juga dilatarbelakangi oleh sikap tertentu pula. i. Perasaan adalah sesuatu yang diciptakan atau digambarkan oleh penyair lewat puisi yang dihadirkannya. Adanya perasaan dalam suatu puisi, pada dasarnya akan berhubungan dengan gambaran dunia atau makna puisi secara umum yang ingin disampaikan oleh penyairnya. j. Imajinasi adalah daya pikir pengarang untuk membuat gambaran tidak langsung dari keadaan atau kejadian yang sebenarnya, melainkan berupa sindiran. Imajinasi seseorang dipengaruhi oleh pengalaman dan pengentahuan orang itu sendiri. Semakin orang itu mempunyai pengalaman yang luas, maka semakin tinggi pula kemampuan imajinasinya. • ALASAN PEMILIHAN TEKS Alasan kami memilih teks puisi ini karena menurut kami, puisi tersebut sudah memenuhi criteria dari KD yang kami ambil, yaitu: a. Tujuan dari KD sudah terdapat dalam puisi tersebut. b. Puisi ini sudah sesuai untuk jenjang pendidikan sesuai KD. c. Teks puisi ini bisa membantu siswa mengembangkan daya imajinasinya, perasaannya, pikirannya, dan pemahamannya terhadap puisi. Balada Terbunuhnya Atmo Karpo ( WS.Rendra) Dengan kuku-kuku besi Kuda merebah perut bumi Bulan berhianat gosok-gosok tubuhnya Dipuruk-puruk para mengepit kuat-kuat Lutut penunggang Perampok yang diburu Surai keringat basah Jerawi pun telanjang Segenap wargadesa Mengepung hutan itu dalam satu pusaran Pulang balik Atmo Karpo Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang Berpancar bunga api Anak panah dibahu kiri Satu demi satu yang maju tersayap darahnya Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka “Nyawamu barang pusar, hai orang-orang bebal ! Tombakmu puncuk daun dan matiku jauh Orang papa Majulah Joko Pondan ! Dimana Ia ! Majulah Ia kerna padanya seorang Kekandang dosa Anak panah empat arah dan musuh tiga silang Atmo Karpo masih tegak, luka tusuk ilang “Joko Pondan ! Dimana Ia ! Hanya padanya seorang kekandung dosa Bedah perutnya tapi masih setan Menggertak kuda, Ditiap ayun menungging kepala “Joko Pondan ! Dimani Ia ! Hanya padanya seorang kekandung dosa Berberita ringkik kuda Muncullah Joko Pondan segala menyibak, Bagi derapnya kuda hitam ridia dada, Bagi derunya dendam yang tiba Pada langkah pertama keduanya sama baju Pada langkah ketiga Atmo Karpo Panas luka-luka, Terbuka daging kelopak-kelopak angsaka Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka Pesta bulan, sorak-sorak, anggur darah Joko Pandong menegak, Menjilat darah dipedang Ia telah membunuh bapaknya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar