Jumat, 15 Juli 2011

ANALISIS NOVEL DIORAMA SEPASANG ALBANNA

ANALISIS NOVEL
DIORAMA SEPASANG ALBANNA karya ARI NUR

Oleh : GIGIH WAHTU WIJAYANTI




BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Prosa merupakan salah satu bentuk karya sastra. Prosa memiliki berbagai jenis karya misalnya cerpen, novel, ataupun roman. Struktur yang membangun beberapa karya sastra itu sama, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Selain unsur pembangun tersebut, suatu karya sastra juga memiliki latar belakang yang mendasari suatu karya sastra itu muncul. Latar belakang karya sastra itu tidak jauh-jauh dari pengarang dan lingkungan tempat karya sastra itu tumbuh. Selain itu, keberadaan karya satra juga memiliki pengaruh terhadap pembaca. Oleh para sastrawan hal-hal yang berkenaan dengan karya sastra itu dimasukkan ke dalah suatu unsur tersendiri yaitu berupa metode pendekatan. Pendekatan dalam karya satra yang berupa prosa meliputi pendekatan emotif, pendekatan analitis, pendekatan historis, pendekatan sosiopsikologis, dan pendekatan didaktis. Dengan menggunakan pendekatan-pendekatan di atas, kita bisa mengetahui dan mempelajari latar belakang atau alasan suatu karya sastra itu hadir.
Kita membutuhkan beberapa pendekatan-pendekatan itu karena, melalui pendekatan-pendekatan itu dengan mudah kita menganalisis suatu karya sastra khususnya yang berupa novel. Beberapa pendekatan-pendekatan itu telah membahas bidang masing-masing. Misalnya, pendekatan emotif membahas mengenai unsur keindahan suatu karya sastra itu. Pndekatan analitis membahas mengenai unsur pembangun karya sastra yang berupa novel itu. Pendekatan historis membahas mengenai kepengarangan dari karya sastra itu, dan begitu seterusnya. Jadi, adanya pendekatan-pendekatan itu, dapat membantu kita dalah menganalisis suatu karya sastra yang berupa novel.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai analisis suatu karya sastra yang berupa novel yang berjudul Diorama Sepasang Albanna dengan menggunakan beberapa pendekatan yang telah disebutkan di atas.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk analisis novel Diorama Sepasang Albanna berdasarkan pendekatan emotif?
2. Bagaimana bentuk analisis novel Diorama Sepasang Albanna berdasarkan pendekatan analitis?
3. Bagaimana bentuk analisis novel Diorama Sepasang Albanna berdasarkan pendekatan historis?
4. Bagaimana bentuk analisis novel Diorama Sepasang Albanna berdasarkan pendekatan didaktis?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui analisis novel Diorama Sepasang Albanna berdasarkan pendekatan emotif.
2. Untuk mengetahui analisis novel Diorama Sepasang Albanna berdasarkan pendekatan analitis.
3. Untuk mengetahui analisis novel Diorama Sepasang Albanna berdasarkan pendekatan historis.
4. Untuk mengetahui analisis novel Diorama Sepasang Albanna berdasarkan pendekatan didaktis.








BAB II

ISI


A. Analisis Berdasarkan Pendekatan Emotif

Pendekatan emotif merupakan pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur yang mengandung emosi atau perasaan pembaca. Emosi yang dimaksud berhubungan dengan keindahan suatu novel tersebut. Keindahan yang ada pada novel dapat dilihat dari segi penyampaiannya, isi critanya, ataupun penokohan yang ditampilkan dalam cerita.
Pada novel yang berjudul Diorama Sepasang Albanna, terdapat keunikan tersendiri yang mana keunikan itu menimbulkan keindahan tersendiri pada karya sastra (novel tersebut). Pada novel ini dibahas mengenai kisah kehidupan seorang arsitek di sebuah kota metropolitan, yaitu kota Jakarta. Dalam cerita ini, pengarang lebih menekankan pada kisah menemukan cinta sejati yang dilakukan oleh tokoh utama. Pengarang berusaha menampilkan unsur keindahan pada novel itu dengan cara mendeskripsikan setiap bagian cerita dengan detail atau lengkap sehingga pembaca bisa ikut merasakan apa yang dialami tokoh dalam cerita. Misalnya pengarang menceritakan kisah bertemunya tokoh pria yang bernama Ryan dengan tokoh wanita yang bernama Rani di sebuah biro arsitektur . Biro arsitektur ini akan menjadi momok penting dalam pengambilan setting atau latar dalam cerita selanjutnya. Sebelum terjadi pertemuan itu, Ryan, tokoh pria melihat Rani, tokoh wanita di sebuah gambar hasil pemotretan saat kegiatan pameran yang digelarnya. Berawal dari suatu gambar itu kemudian di hasilkan cerita cinta yang kelanjutkan.
Pengarang berusaha menampilkan cerita utama atau informasi utama yang dialami tokoh tidak secara singkat. Pengarang berusaha mengulur-ulur cerita dengan menampilkan beberapa tokoh sampingan yang mana tokoh-tokoh itu juga berhubungan dengan tokoh utama. Selain dengan menampilkan unsur deskripsi pada cerita, pengarang juga membuat suatu dialog atau percakapan antar tokoh dengan bahasa yang menarik dan bahasa yang umum sesuai dengan kondisi masyarakat. Kesederhanaan bahasa yang digunakan oleh pengarang membuat pembaca atau penikmat karya sastra yang berupa novel ini paham lebih cepat. Ditambah lagi pengarang berusaha meminimalkan penghadiran tokoh yang akan membuat pembaca merasa bingung.
Selain unsur cerita yang ditampilkan, keindahan novel itu dapat dilihat dari jalan ceritanya. Kisah perjalanan tokoh Ryan dengan Rani hingga berujung pada pernikahan. Kisah bagaimana Ryan menemui Rani, melakukan ta`aruf, melamar, dan menikah, serta melakukan kehidupan setelah menikah. Rangkaian kisah itu dijelaskan atau diceritakan secara lengkap dan menarik. Keindahan juga timbul dari karakter yang ditampilkan pengarang pada tokoh-tokohnya. Misalnya tokh Rani. Oleh pengarang, rani dibuat seolah-olah wanita yang taat, suka bekerja keras, periang, namun agak manja. Sedangkan tokoh Ryan dibuat dengan karakter yang serba sempurna dan berkepribadian dingin. Perbedaan karakter yang sangat berlawanan ini yang membuat keindahan tersendiri pada novel tersebut.
Berkenaan dengan penokohan, pemgarangjuga menampilkan tokoh balita dengan gaya bicara yang dibuat lucu dengan menggunakan bahasa balita. Hal itu akan membuat pembaca menjadi gemes dan bisa membuat pembaca tertawa. Dialog-dialog yang dibut untuk mewakilkan tokoh balita sangat unik dan dari sini pengarang terlihat sangat tahu tentang kehidupan anak balita.
Unsur keindahan dalam novel ini juga terlihat dari tampilan-tampilan setting yang dipilih oleh pengarang. Dalam novel ini, terdapat beberapa setting yang semuanya serba mewah. Melalui setting-setting itu, pengarang menceritakan pula seberkas keindahan yang ada di daerah yang dimaksud. Misalnya pengarang meneceritakan kisah rumah tangga Ryan dan Rani yang hidup disebuah apartemen mewah. Oleh pengarang, apartemen dibuat diskripsi dengan bahasa yang menarik sehingga pembaca bisa ikut membayang situasi apartemen yang ada dalam cerita. Selain itu, pengarang juga menghadirkan setting luar negeri yaitu Singapura, Spanyol, Jerman, Prancis, dan Italia. Tempat-tempat yang dijadikan setting cerita dipilih pengarang sesuai denan tema cerita yang diangkatnya, yaitu tentang arsitektur. Oleh pengarang, negara-negara yang telah disebutkan di atas dijelaskan secara sepintas, namun cukup bisa dipahami dan bisa memberikan pengetahuan atau gambaran terhadap pembaca tentang tempat yang dimaksud. Dari deskripsi tempat-tempat yang lumayan asing bagi kalayak umum ini akan memberikan makna dan keindahan tersendiri pada pembaca. Apalagi pada tempat-tempat yang telah dipilih oleh pengarang sebagai setting itu merupakan tempat yang indah dengan ciri khas panorama yang berbeda-beda.
Pembaca juga bisa menikmati keindahan novel itu dari gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang. Pada novel itu terdapat banyak gaya bahasa yang tersirat maupun tersurat, misalnya pada cerita akan banyak kita temukan rangkaian dialog yang menggunakan rayuan-rayuan ynag indah dan sindiran-sindiran yang kurang berkenan di telinga. Jadi, dalam novel tersebut, tidak semua bahasa yang digunakan adalah bahasa baku atau bahasa sehari-hari, namun ada juga bahasa yang sifatnya figurative atau bahasa kiasan. Keindahan bahasa itu akan membuat pembaca betah dalam membaca.
Dari beberapa segi itulah keindahan suatu karya sastra berupa novel dapat dirasakan oleh pembaca.

B. Analisis Berdasarkan Pendekatan Analitis

Pendekatan analitis merupakan pendekatan dalam mengapresiasi satra yang mana pembaca atau orang yang melakukan apresiasi dihadapkan pada unsur-unsur yang membangun karya sastra yang bersangkutan. Unsur-unsur pembangun yang dimaksud berhubungan dengan gagasan pengarang, cara pengarang menampilkan gagasan atau ide-idenya, sikap pengarang dalam menampilkan gagasannya, dan unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik yang ada pada novel tersebut.
Pada novel yang berjudul Diorama Sepasang Albanna ini mengandung ide atau gagasan yang berupa kisah kehidupan seputar dunia arsitektur. Dengan tema ynag diambil itu. Maka pengarang menampilkan tokoh-tokohnya dengan profesi sebagai arsitektur. Pengarang juga membuat setting-setting cerita tidak jauh dari dunia arsitektur. Selain itu, pengarang menampilkan konflik ceritanya juga tidak jauh-jauh dari arsitektur. Itulah cara pengarang menampilkan ide-ide atau gagasannya dalam sebuah cerita.
Novel yang bertemakan tentang dunia arsitektur ini mengandung unsur-unsur cerita yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsic yang ditampilkan pengarang meliputi tema, tokoh dan penokohan, latar atau setting, gaya bahasa, sudut pandang pengarang, dan amanat. Seperti yang telah disebutkan di atas, tema novel ini adalah tentang kisah kehidupan arsitektur. Pada novel ini dihadirkan dua tokoh utama dan beberapa tokoh sampingan. Dari masing-masing tokoh memiliki karakter yang berbeda-beda. Perbedaan karakter inilah yang akan membuat keindahan atau daya tarik tersendiri pada karya sastra yang berupa novel ini.
Tokoh utama terdiri atas dua orang yaitu Ryan dan rani. Dua tokoh inilah yang akan menghiasi cerita. Tokoh Ryan berkarakter sangat sempurna. Dia adalah seorang eksekutif muda yang sukses, ahli beribadah, rajin bekerja, memiliki otak yang genius, selalu berpenampilan rapi, selalu memiliki potensi di segala bidang, pengetahuannya luas, namun dia adalah sosok manusia yang dingin. Sikapnya dingin dengan semua orang sehingga dia tidak pandai bergaul dan tidak memiliki banyak teman. Berbeda dengan Rani, Rani adalah tipe gadis yang periang, suka bekerja keras walaupun dengan kemampuannya yang pas-pasan, suka berbagi dengan orang lain, suka berdakwah, pandai bergaul, dan ramah dengan semua orang. Dengan sikap yang semacam itulah Rani bisa mudah memperoleh teman. Hal itu terbukti pada saat Rani menjadi anggota baru di sebuah biro arsitektur terkenal, dia dengan cepat bisa bergaul dengan teman-temannya yang lain yang ada di biro itu. Selain itu juga, saat dia berada di tempat senam, Rani bisa dengan mudah berkenalan dengan Dara yang tidak lain adalah istri dari sahabat Ryan. Sedangkan tokoh-tokoh yang lainnya memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga menimbulkan kesan yang bervariasi.
Setelah tokoh dan penokohan, kini kita berbicara mengenai latar atau setting. Latar yang diambil oleh pengarang tidak jauh-jauh dari lingkungan arsitektur. Latar tempat yang diambil dominan di sebuah biro jasa arsitektur di Jakarta. Selain itu, ada juga cerita yang berlatar di apartemen, di desa tempat ibu Rani tinggal, di Singapura, di Eropa waktu Rani dan Ryan berlibur, di hotel tempat bulan madu Ryan dan Rani, di rumah Dara, dan masih banyak lagi. Sedangkan setting waktu yang digunakan berkutak pada pagi hari, siang hari, sore hari, dan malam hari. Setiap setting waktu yang digunakan, oleh pengarang dibuat sedemikian rupa sehingga menggambarkan suasana hari yang berbeda. Dengan segala macam pernak-pernik, pengarang berusaha menampilkan setting tempat dan waktu yang indah dan bervariasi.
Setting suasana yang ada dalam cerita beraneka ragam, misalnya suasana kesediahan saat Rani ditinggalkan oleh Ryan pada masa ta`aruf, kecewa saat Rani melihat noda lipstick di kemeja Ryan, suasana senang saat Ryan dan Rani dikaruniahi seorang putra, dan lain sebagainya. Suasana-suasana yang ada dalam cerita ditampilkan sebagus mungkin dengan bentuk deskripsi dan percakapan sehingga pembaca ikut terjun ke dalamnya.
Pada novel ini, pada saat menulis ceritanya pengarang bertindak sebagai orang ketiga serba tahu. Pengarang yang menjadi otak dari semua tindakan yang dilakukan oleh tokoh. Pengarang tidak sekadar tahu tentang aktivitas tokoh, namun juga bisa tahu tentang sesuatu yang dipikiran oleh tokoh. Hal itu yang membuktikan bahwa dalam novel itu, pengarng bertindak sebagai orang ketiga serba tahu. Selain itu, yang membuktikan bahwa pengarang merupakan orang ketiga serba tahu adalah gaya pengarang dalam menuliskan ceritanya tidak menampilkan tokoh aku atau yang menandakan orang pertama atau orang kedua. Namun, dalam cerita itu disebutkan tentang nama tokoh atau kata ganti orang ketiga yang berupa ia, dia, atau mereka. Gaya bahasa ini mempengaruhi proses jalannya cerita terutama pada penyebutan nama-nama tokoh yang ditampilkan pada cerita.
Unsur intrinsic yang terakhir adalah amanat. Dalam novel tersebut, amanat yang dapat diambil adalah tentang kehidupan yang gigih dari seorang tokoh Ryan dan Rani yang mana meraka selalu dapat membendung segala masalah yang ada. Selain itu, mereka merupakan seorang yang suka bekerja keras dan rajin beribadah. Keharmonisan rumah tangga yang dibangun oleh mereka berdua bisa menjadi contoh yang baik bagi pembaca.

C. Analisis Berdasarkan Pendekatan Historis

Pendekatan historis merupakan suatu pendekatan yang menekankan pada biografi pengarang dan suatu latar belakang peristiwa yang mendasari penulisan cerita semacam itu. Pada novel ini, cerita yang ditulis bertemakan arsitektur. Mengingat pengarang novel ini adalah seorang yang berkecimpung di dunia arsitek, maka tidak heran jika cerita yang dia buat berkenaan dengan dunia arsitek.
Pengarang novel ini bernama Ari Nur Utami. Pengarang adalah seorang mahasiswi di Universitas Gajah Mada (UGM) pada tahun 1998. Di universitas itu, beliau mengambil jurusan Teknik Arsitektur. Penulis memiliki hobi yang unik, seperti bermain gitar, menggambar, melukis, dan lain-lain. Selain itu, pengarang juga rajin mengikuti kegiatan kampus yang berbau islami. Dari latar belakang pengarang yang seperti itulah timbul atau muncul novel yang bertema arsitektur namun ada unsur islami di dalamnya. Unsur-unsur cerita yang ditampilkan tersebut tidak lain adalah suatu gambaran pengalaman hidup pengarang.
Pembelajaran yang terus menerus dan dunia arsitek yang Ari geluti saat ini, sangat kental terasa pada novel perdananya yang berjudul Diorama Sepasang Albanna. Hal itu terbukti bahwa dalam novelnya tesebut, pengarang mengungkapkan kisah kehidupan seorang arsitek secara detail dan terperinci. Pengarang juga terlihat sudah mahir dalam memilih setting tempat yang telah dihadirkan dalam cerita. Semua tempat-tempat yang ada dalam cerita berbau arsitektur. Selain itu, pengalaman pengarang tentang gaya hidup atau pola hidup arsitek dijelaskannya secara mudah dalam cerita. Jadi, isi atau crita yang ditampilkan pada novel Diorama Sepasang Albanna ini erat hubungannya dengan kehidupan sang pengarang

D. Analisis Berdasarkan Pendekatan Didaktis

Pendekatan didaktis adalah pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan dan pesan pengarang kepada pembaca. Dalam pendekatan ini akan dibahas mengenai nilai-nilai apa yang bisa didapat dari suatu karya sastra yang berupa novel ini.
Novel Diorama Sepasang Albanna ini membahas mengenai kehidupan arsitetur, kerja keras seseorang dalam membina hubungan rumah tangga, kerja keras seseorang dalam bekerja, karakter-karakter seseorang yang baik, dan masih banyak lagi yang lain. Nilai-nlai yang dapat kita ambil dari novel ini antara lain mengenai kehidupan berumah tangga. Kita harus bisa menjalin hubungan yang harmonis dalam rumah tangga dengan cara saling memahami dan melengkapi antara keduanya. Hal itu tergambar pada cerita dalam novel pada bagian kehidupan rumah tangga Ryan dan Rani. Walaupun mereka memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda serta karakter yang sangat berlawanan, namun mereka masih bisa bersatu dalam ikatan yang suci.
Kita juga menemukan kegigihan seserang dalam menjalankan pekerjaannya. Penuh tanggungjawab dan selalu berwibawa di depan semua orang. Namun begitu, tokoh Ryan itu tidak menyombongkan diri. Hal itu patut untuk dicontoh. Seperti kata pepatah pakailah ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk.
Selain mengenai masalah keduniawian, pengarang juga ingin menyampaikan kepada pembaca tentang keagamaan. Hal itu terlihat bahwa dalam cerita itu terberkas kehidupan tokoh wanita yang bergaya hidup islami. Dia sering berdakwah dan menerapkan adat-adat islami. Oleh pengarang keislamian itu digambarkan dengan gaya berpakaian tokoh Rani yang serba tertutup, cerita-cerita tentang dakwah, dan kegiatan salat yang selalu ditampilkan oleh pengarang untuk menyempurnakan karakter tokoh. Dalam hal ini, pengarang ingin menyampaikan bahwa sesibuk apapun kita sebagai umat islam harus melaksanakan salat. Kita juga harus melakukan kewajiban-kewajiban sebagai umat beragama dimana pun kita berada, walaupun di kota metropolitan sekalipun.
Begitulah kira-kira pesan atau nilai-nilai yang dapat kita ambil dari cerita tersebut.

























BAB III

PENUTUP


A. Simpulan

Untuk mengetahui dan memahami suatu karya sastra tidak hanya mengenal karya itu haya sebatas unsur pembangun karya sastra itu, namun juga kita harus mengetahui latar belakang karya sastra itu dibangun atau diciptakan. Para sastrawan telah membantu kita para penikmat sastra untuk memahami karya sastra itu. Wujud bantuan itu berupa pendekatan-pendekatan karya sastra, meliputi pendekatan emotif, pendekatan analitis, pendekatan historis, pendekatan didaktis. Melalui empat pendekatan itu, penulis menganalisis novel yang berjudul Diorama Sepasang Albanna. Berdasarkan empat pendekatan itu pula penulis menyampaikan bahwa dalam novel Diorama Sepasang Albanna mengandung nilai keindahan, unsur pembangun yang berupa unsur intrinsic dan ekstrinsik, latar belakang pengarang, dan juga nilai-nilai yang bisa diambil oleh pembaca sebagai contoh.

B. Saran

Untuk mengetahui atau menganalisis suatu karya sastra khususnya yang berupa novel sebaiknya kita gunakan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan karya sastra itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar