Jumat, 03 Desember 2010

CONTOH - CONTOH PUISI

CONTOH- CONTOH PUISI

1. PUISI LAMA
Contoh:

A. MANTRA
1) Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
(anonim)

2)Muka musam berbasuh air
Aku niat menghadap tuhan
Berdiri tegak aku menghadap
Melawan hawa rasa yang sesat
Bismillah
Awal aku berucap
Padamu aku berserah
(Gigih W.W )

3)Aku memelas pada tuan
Menghamba berdoa
Menengadah mohon ampun
Doa beralun
Putri bertabur kembang
Aku mendengar kata
Aku berasa ke alam fana
Membawa putra putri paduka
(Gigih W.W)

B. GURINDAM

1)Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu akan tersesat
(anonim)



2)Banyak amal banyak bersyukur
Niscaya jiwa dan raga makmur
(Gigih W.W)

3)Jauhi haram hindari riba
Pasti hidupmu akan bahagia
(Gigih W.W)

C. SYAIR

1)Pada zaman dahulu kala
Tersebutlah sebuah cerita
Sebuah negeri yang aman sentosa
Dipimpin sang raja nan bijaksana
Negeri bernama Pasir Luhur
Tanahnya luas lagi subur
Rakyat teratur hidupnya makmur
Rukun raharja tiada terukur

Raja bernama Darmalaksana
Tampan rupawan elok parasnya
Adil dan jujur penuh wibawa
Gagah perkasa tiada tandingnya
(anonim)

2)Dipadang pasir yang tandus
Seekor unta mendengus
Tubuhnya terlihat kurus
Merasa lapar dan haus
Seekor burung menyapa
Melihat unta penuh iba
Sungguh malang nasib si unta
Tuk berdiri tiada kuasa
(Gigih W.W)

3)Seorang tua memberi nasehat
Untuk anak agar taat
Bertindak sesuai syariat
Agar hidup bermanfaat
Nasihat tentang agama
Untuk hidup didunia
Menjalin hubungan antar sesama
Agar bahagia dan sejahtera
Membuat keluarga bahagia
Dengan semua nikmat yang ada
Yang penuh canda tawa
Mensyukuri hadiah pencipta
(Gigih W.W)

D. PANTUN

1)Ada pepaya ada mentimun
Ada mangga ada salak
Daripada duduk melamun
Mari kita membaca sajak
(anonim)


Macam-macam Pantun

Dilihat dari bentuknya :

a) Pantun biasa/ saja
•Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan kedalam hati
Kalau ada kataku salah
Jangan dimasukkan kedalam hati
(anonim)

•Pergi berlibur kepulau Bali
Berkunjung ketanjung benoa
Rajinlah dirimu mengaji
Agar kelak masuk surga
(Gigih W.W)

•Bangun tidur diwaktu fajar
Tidur kembali sampai siang
Jika kamu anak pintar
Buktikan pada semua orang
(Gigih W.W)

b) Seloka
•Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan
(anonim)

•Menghitung mundur pohon jati
Jatuh tersandung kayu nangka
Dirimu menarik hati
Karena parasmu cantik jelita
Jatuh tersandung kayu nangka
Kaki luka berlumur darah
Karena parasmu cantik jelita
Dirimu hadir membawa anugrah
( Gigih W.W)

•Berlayar menyeberangi pulau
Beriringan deburan ombak
Sungguh hebat ilmu beliau
Karang pecah tanpa ditembak
Beriringan deburan ombak
Meliak liuk tubuh diperahu
Karang pecah tanpa ditembak
Karena terhantam ombak selalu
(Gigih W.W)

c) Talibun
•Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
(anonim)

•Menari- nari diatas awan
Berseluncur juga di awak pelangi
Bertabur ribuan bintang
Kita hendak berkawan
Saling membantu sepenuh hati
Bergurau tertawa tak ada ikatan
(Gigih W.W))

•Pergi kepasar unuk belanja
Membeli lukisan berwarna merah
Merah- merah, merah delima
Mari kawan bersuka ria
Tidak ada uang tidak masalah
Yang penting kita bahagia
(Gigih W.W)

d) Pantun Kilat
•Dahulu parang, sekarang besi
Dahulu sayang sekarang benci
(anonim)
•Menanam bunga di halaman belakang
Karena kusuka maka kusayang
(Gigih W.W)
•Buah nanas sayur bayam
Perut lapar ingin makan
(Gigih W.W)

Dilihat dari isinya :
a) Pantun anak-anak
•Elok rupanya si kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang
(anonim)

•Pohon mangga berbuah lebih
Manis bunganya disukai kumbang
Jadilah anak yang sholih
Rajin mengaji rajin sembayang
(Gigih W.W)

•Beli sepeda sudah butut
Saat rusak ingin dibuang
Jika kita mau menurut
Pasti ortu makin sayang
(Gigih W.W)

b) Pantun orang muda
•Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Sehidup semati kita bersama
Satu kubur kelak berdua
(anonim)

•Hari libur pulang pati
Naik bus bersama temanku
Cintaku padamu setulus hati
Semua kulakukan hanya untukmu
(Gigih W.W)

•Suara merdu bernyanyi lagu
Lagu romantis aril paterpan
Tawamu imut dan lucu
Membuatku jadi geregetan
(Gigih W.W)

c) Pantun orang tua
•Asam kandis asam gelugur
Kedua asam riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
(anonim)

•Anak ayam turun lima
Berwarna kuning lucu- lucu
Ingat anak ingat usia
Jangan suka sawer melulu
(Gigih W.W)

•Penyanyi cantik bernama nikita
Suka lagu, lagu rindu
Jangan mabuk dan main wanita
Inagt anak istri menunggu
(Gigih W.W)

d) Pantun Jenaka
•Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga
(anonim)

•Bangun balok enam sisi
Jika diinjak jadinya peyok
Dari belakang terlihat sexy
Eh ternyata pipinya perot
(Gigih W.W)

•Mau mincing umpan gak punya
Cari umpan dapatnya cacing
Mata melotot mulut tertawa
Mendengar kuda beranak kucing
(Gigih W.W)




2. PUISI BARU

a) Destikon
•Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal

Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)

•Bila kata berbuah luka
Kuucap maaf mohon diterima

Bila sikap menoreh kecewa
Kuharap jangan masukkan jiwa
(Gigih W.W)

•Cinta sejati adalah sahabat
Yang menemani samai akhir hayat

Sahabat tak kan menyakiti
Walau badan tertusuk duri
(Gigih W.W)

b) Terzina
•Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana

Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
(Dari ; Madah Kelana Karya : Sanusi Pane)

•Kubuka cakrawala hati
Lewat pujangga yang bersyair
Seperti kata penuh misteri
Kubuka sepenuh jiwa
Laksana mekar kuncup sang bunga
Dan aku tersenyum disana
(Gigih W.W)

•Andai yang ku rasa
Kau terima
Dan semua ada maknanya
Tapi aku hilang
Terbang melayang
Dan kau tak kan pernah mengenang
(Gigih W.W)

c) Quartin
•Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau

Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)

•Langit yang mengintai
Lewat awan yang berlari
Ini hatiku yang terrangkai
Beralun melodi dan bernyanyi
Biarlah langit tertawa
Melihat sayup bahagia yang ku bawa
Biarlah pelangi cemburu
Meliht sejuta warna yang baru
Yang ku rangkai dalam hariku
Penuh tawa tanpa ragu
Dan aku tersenyum lepas
Untuk hidupku yang bebas
(Gigih W.W)

•Kupalingkan pandanganku
Bukan karena kuragu
Tapi aku hanya tak tahu
Bahwa ini menyakitiku
Seperti apapun itu yang terjadi
Begitulah aku yang harus sendiri
Andai itu bukan takdir
Semua ini tak kan jadi misteri
Aku hanyut dalam lantunan takdir
Yang membawaku ke sudut sepi
Seperti terpojok sendiri
Aku mengukir lara dihati ini
(Gigih W.W)



d) Quint
•Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan

Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan

Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)

•Bukankah ini ragaku
Ku persembahkan Kepadamu
Agar kau rawat
Bukan tuk kau beri luka
Karena aku wanita
Bukankah ini jiwaku
Kupersembahkan untukmu
Agar kau jaga
Bukan tuk kau buat lara
Karena aku wanita
Bukankah ini cintaku
Kupersembahkan hanya padamu
Agar kau simpan
Bukan untuk kau buang
Karena aku untukmu
(Gigih W.W)

•Bintang yang menerangimu
Mungkin bukan aku
Karena yang kutahu
Aku lilin kecil dihatimu
Tapi aku ingin ada digelap hidupmu
Bintang yang menjagamu
Mungkin bukan diri ini
Karena yang ku mengerti
Aku hanya seorang kurcaci
Tapi hati ini ingin disampingmu
Bintang yang menghiburmu
Mungkin bukan aku
Karena yang ku tahu
Aku hanya manusia malang
Tapi aku ingin selalu melihat senyummu
(Gigh W.W)

e) Sextet
•Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)

•Ku biarkan anganku terbang
Sebisa mungkin tak lagi kuharap
Mungkin semua hanya maya
Tapi selalu kubiarkan semua beralun
Dalam raga
Tiada terbatas waktu
(Gigih W.W)

•Kau tak kan menyadari
Apa yang terukir dihati
Mungkin tak kan terbagi
Sekejap yang merangkai hari
Betapa lama aku menanti
Yang bisu itu yang aku mengerti
(Gigih W.W)

f) Septina
•Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)

•Aku menuangkan harap asa
Dalam gelas pengharapan
Mengalir nafas impian
Yang mempercikkan beningnya angan
Bersama tangan
Yang ku gapai menemani
Merangkai mimpi melewati hari
(Gigih W.W)

• Kau
Mimpi yang memisteri hati
Tercermin dalam nurani
Mengusik naluri
Kau
Adalah nyawa
Yang menemani dalam jiwa
(Gigih W.W)

g) Stanza
• Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)

•Seperti apa itu dirimu
Yang selalu menganggu
Mengusik akal sehatku
Menerjang sendi logikaku
Seperti apa itu dirimu
Yang selalu mengusikku
Yang membuatku menunggu
Kau dalam waktu
(Gigih W.W)


•Kami berjalan merangkai makna
Menulis dalam lembar kehidupan
Yang kan ku ceritakan
Tentang kisah yang indah
T entang arti kisah kami
Yang tak kan mati
Tergerus nafas hari
Karena kami ada untuk selamanya
(Gigih W.W)

h) Sonata
•Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala
Melihat anak berelagu dendang
Seorang saja di tengah padang
Tiada berbaju buka kepala
Beginilah nasib anak gembala
Berteduh di bawah kayu nan rindang
Semenjak pagi meninggalkan kandang
Pulang ke rumah di senja kala
Jauh sedikit sesayup sampai
Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam nan molek permai
Wahai gembala di segara hijau
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau
Maulah aku menurutkan dikau
(Muhammad Yamin)

•Disini aku menangis
Sesuatu yang kusentuh itu
Terlepas dan membuatku sendu
Hal itu berawal manis
Disini aku merintih
Ada yang hilang dan pergi
Saat aku mulai membagi
Tapi kini aku tertarik
Andai tak terjadi
Dan waktu dating kembali
Tak kan ku biarkan pergi
Tapi semua tiada guna
Tetap dia berlalu jua
Membuat tenggelam dalam kecewa
(Gigih W.W)

•Kutatap langit yang berpelangi
Sendu merdu berubah menawan
Mewarnai senja penuh angan
Bersama angin sore yang mewangi
Begitu indah kutatap senja
Merantai waktu mengalun sendu
Indah dan membuatku terpadu
Bersama hembus yang menentramkan jiwa
Sejenak kurasa tenang
Waktu yang ku pandang
Membuatku melayang
Membuatku mengerti indahnya hidupku
Yang gelap berubah syahdu
Semoga tak berlalu sampai akhir waktu
(Gigih W.W)

3. PUISI PRISMATIS DAN PUISI DIAFAN
a) Puisi Prismatis
•Pada jam ke-24
Kota seperti kiamat
Sidney telah terkunci
Dalam gelas pagi
Ada bulan mengukur luas
Laut dan musik panas
Ada beton membendung bentuk
Dan hanya merunduk
(Goenawan Muhamad, 1979)
•Saat cinta sudah melekat
Bumi serasa berhenti berputar
Matahari tersenyum memancar
Bulan menari- nari kegirangan
Bintang- bintang bersautan menyanyi
Beriringan gemuruh air hujan
Membuat pohon- pohon serasa bergoyang
Dunia hanya terpaku melamun
Dan itu hanya untuk
Dua sejoli yang jatuh cinta
(Gigih W.W)

•Saat yang tabu jadi mutiara
Jiwa tak lagi bersandar pada raganya
Jin akan senantiasa menuntunnya
Tanpa kenal batas usia
Tua muda besar kecil tiada beda
Dan sebagai senjata para pujangga
Bersiaplah wahai manusia
Jika engkau memang manusia
Sebelum kata itu membentuk prosa
Dan rerumputan tak lagi menggoyangkan daunnya
Atau angin tak lagi membisikkan suaranya
Itulah kenyataan yang ada
(Gigih W.W)


b) Puisi Diafan
•Kami duduk berdua
Dibangku halaman rumahnya
Pada jambu dihalaman rumah itu
Berbuah dengan lebatnya
Dan kami senang memandangnya
Angin yang lewat
Memainkan daun yang berguguran
(Episode : WS.Rendra)

•Pagi itu kami berjalan bersama
Melewati jalan hitam yang berliku
Naik turun areanya
Terdapat pepohonan disepanjang jalan
Berbaris sungguh mempesona
Rapi dan indah
Burung- burung pun hinggap dirantingnya
Berkicau bersautan tambah merdunya
Menambah indahnya pagi tercinta
( Gigih W.W)

•Saat nanti kau kembali
Ku sambut dengan suka hati
Menepati apa yang aku janji
Dahulu saat kau masih disini
Kini kau telah mengerti
Aku disini selalu menanti
( Gigih W.W)

4. PUISI EPIK, DRAMATIK, DAN LIRIK

a) Puisi Epik
• Diponegoro
Dimasa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Didepan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya
Seratus kali
Pedang dikanan, keris dikiri
Berselempang semangat
Tak bisa mati
Maju
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
Maju
Bagimu negeri
Menyadiakan api
Punah diatas menghampa
Binasa diatas ditindas
Sesungguhnya jalan asal
Baru tercapai
Jika hidup harus merasa
Maju
Serbu
Serang
Terjang
(Chairil Amwar)

• Merdeka
Kata merdeka
Kita dapat dapat sejak berpuluh tahun lamanya
Kata yang tak sekadar kata
Karena keringat dan darah penghiasnya
Merdeka,
Saat merah dan putih
Bebas untuk berkibar
Indonesia raya menderu dinyanyikan
Inilah Indonesiaku
Saat pejuang tak ada lagi raganya
Disitu kita memperingatinya
Karena kami ikut berduka
Karena kami merasakannya
Perjuanganmu tak kan sia- sia
Kami janji kan melanjutkannya
Merdeka,
Tetap merdeka
(Gigih W.W)

• Maju
Kata yang pantas diteriakkan
Tak hanya sekadar diucapkan
Saat raga ini bangkit
Berdiri menghadang musuh
Doooor….!
Bunyi senjata yang tak kau andalkan
Karena dengan bamboo kau menang
Hidup pahlawanku
Semangatmu yang membara
Kini hasilnya kami terima
Terima kasih
Pahlawanku
Terima kasih
Pejuangku
(Gigih W.W)

b) Puisi Dramatis
•Balada Terbunuhnya Atmo Karpo
Dengan kuku-kuku besi
Kuda merebah perut bumi
Bulan berhianat gosok-gosok tubuhnya
Dipuruk-puruk para mengepit kuat-kuat
Lutut penunggang
Perampok yang diburu
Surai keringat basah
Jerawi pun telanjang
Segenap wargadesa
Mengepung hutan itu dalam satu pusaran
Pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancar bunga api
Anak panah dibahu kiri
Satu demi satu yang maju tersayap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka
“Nyawamu barang pusar, hai orang-orang bebal !
Tombakmu puncuk daun dan matiku jauh
Orang papa
Majulah Joko Pondan ! Dimana Ia !
Majulah Ia kerna padanya seorang
Kekandang dosa
Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo masih tegak, luka tusuk ilang
“Joko Pondan ! Dimana Ia !
Hanya padanya seorang kekandung dosa
Bedah perutnya tapi masih setan
Menggertak kuda,
Ditiap ayun menungging kepala
“Joko Pondan ! Dimani Ia !
Hanya padanya seorang kekandung dosa
Berberita ringkik kuda
Muncullah Joko Pondan segala menyibak,
Bagi derapnya kuda hitam ridia dada,
Bagi derunya dendam yang tiba
Pada langkah pertama keduanya sama baju
Pada langkah ketiga Atmo Karpo
Panas luka-luka,
Terbuka daging kelopak-kelopak angsaka
Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
Pesta bulan, sorak-sorak, anggur darah
Joko Pandong menegak,
Menjilat darah dipedang
Ia telah membunuh bapaknya
(WS. Rendra)

• Saat itu
Saat ku berpamit pergi
“Ibu, ananda berangkat”
Lirihku pada ibu
Kupeluk dan kucium ibu
“ Iya saying”
Jawaban singkat yang kudapat
“ Jaga dirimu”
Terdengar pesan disela isak
Ku tak dapat menahan
Aku tak tahan
“Huaaaaaaaaaaaaaa…”
Ku berteriak menangis
Dengan beban ku pergi
Dibalik senyum ku sembunyi
Kulambaikan tangan
“ Ku kan kembali”
Teriakku
(Gigih W.W)


• Pada-Mu
Saat ku bercakap dengan-Mu
Disepertiga malam itu
Ku menyapa-Mu
“ Aku kini berlumur dosa”
Kulanjutkan kalimatku
“ Ku merasa tak berdaya”
“Ku lemah dihadapan-Mu”
“Tapi ku berani meminta pada-Mu”
Terhenti sejenak uraian kalimatku
Kututup telapk tanganku
Kubersujud beberapa waktu
Dan terakhir kuucap
“Amin”
Sesaat setelah ku bangun kembali
(Gigih W.W)

c) Puisi Lirik
•Dengan Puisi, Aku
Dengan puisi aku bernyanyi
Sampai senja umurku nanti
Dengan puisi pun aku bercinta
Berbatas car wula
Dengan puisi aku mengarang
Keabadian yang akan datang
Dengan puisi aku menangis
Jarum waktu bila kejam mengiris
Dengan puisi aku mengutak
Nakas jaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa
Perkenankanlah kiranya
(Taufik Ismail)

•Saat pertama kali kulihat
Sapa lembut senyummu
Membuatku tertegun dan melayu
Ku bermimpi ingin mengenalmu
Memilikimu

Tuhan tolonglah daku
Perkenankan dia untukku
Dengan dirinya yang kaku
Membutku sadar akan kebesaran-Mu

Oh tuhan
Kumemikirkannya
Kumenginginkannya
Bersama
Salamanya
Bersama diriku
(Gigih W.W)

• Ku tahu
Apa yang ku mau
Tuk mendapatkanmu
Merindu dirimu nan jauh disitu

Saat kudengar
Namamu disebut
Hati rindu pelukmu
Kasih dan sayang yang kau berikan
Ku kenang selalu

Bundaku,
Kukini sendiri
Mengarungi hidup tanpamu
Karena diriku disini merantau
Demi kebanggaanmu
Bundaku,

Bunda kumohon
Bekal doanmu
Untuk mengiringi langkahku
Demi senyum indahmu
Bundaku,
(Gigih W.W)

5. PUISI IDE DAN LANSKAP
a) Puisi Ide
• AKU
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorangpun
Tidak juga aku
Tak perlu seyu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulan terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap menghadang menerjang
Luka dan bias ku bawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
(Chairil Anwar)

• Tangis
Bukan melambangkan sedih
Tawa
Tak selamanya bermakna bahagia
Janji
Tak sepenuhnya terpenuhi
Bahagia
Selamanya melawan derita
Kata
Pasti menyusun frase
Tanya
Kini mulai bermakna
Jawab
Tak dapat lagi dipercaya
Karena tetap ada yang berkuasa
(Gigih W.W)

•Jika waktu tak lagi disini
Ku kan menanti sampai kembali
Kulakukan tanpa lelah diri
Walau kau tatap aku
Dengan peasaan ibamu

Jika waktu tak tetap disini
Kuputar ku rotasi
Walau tak ada daya
Meraih dan terus meraih
Dengan semangat pemberiaanmu
(Gigih W.W)

b) Puisi Lanskap
• Tanah Kelahiran
Seruling dipasir tipis, merdu
Antara gundukan pohon pina
Tembang menggema didua kaki
Burangrang-Tangkuban Perahu Jamrut dipucuk-pucuk
Jamrut diair tipis menurun membelit tungga ditahah merdu
Dikenal gadis-gadis dari bukit
Nyanyian kentong sudah digali
Kenakan kebaya ke pewayangan jamrut dipucuk-pucuk
Jamrut dihati gadis menurun
(Ramadhan K.H)

• Daratan Laut
Debur omrbak selalu menghampirimu
Beribu bakau melindungimu
Bayak orang berkunjung ke ragamu
Menikmati keindahan hiasanmu

Saat pagi mentari pertama berkunjung
Kembali lagi saat sore hari
Kapal- kapal setia menemani
Meramaikanmu dengan lampu malam

Pasir putih dan hitam bersebaran
Diparasmu yang sungguh lebar
Walau terinjak tetap tak layu
Sampai karang bicara padamu
(Gigih W.W)

• Selain Kota
Hijau luas ku lihat selalu
Sesawahan yang kau miliki itu
Tatanan padi yang lucu
Lucu lucu menyegarkan mata buramku

Rumah rumah kayu dan bambu
Mengakar inilah alamku
Pekarangan yang luas
Berselimut rumput bukan bata
Pepohonan tak lupa mengayomi
Mengeluarkan oksigen buat diri
Suara burung dan jangkrik
Masih terdengar asli tanpa manipulasi
Apalagi adaptasi
Oh segarnya desamu ini
Yang mungkin jarang tuk kutemui
(Gigih W.W)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar